Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Menggagas Mata Uang Tunggal Asean

Dalam salah satu tujuannya, seperti yang tertuang dalam Bali Concord II tahun 2003, AIPA (ASEAN Inter-Parliamentary Assembly) yang merupakan metamarfosis dari AIPO (ASEAN Inter-Parliamentary Organization) akan memfasilitasi terealisasinya sebuah ASEAN Community yang sudah disepakati menjadi ASEAN vision 2020. Bagi AIPA, dalam salah satu butir tujuan pada statutanya telah diungkapkan, bahwa ASEAN Community yang dimaksudkan akan dibangun berdasarkan tiga pilar, yakni ASEAN Security Community (ASC), ASEAN Economic Community (AEC) dan ASEAN Socio-Cultur Community (ASCC).

Mencermati ketiga pilar di atas, upaya menggagas mata uang ASEAN yang dapat dimasukkan ke dalam spesifikasi agenda AEC kiranya bisa menjadi agenda utama AIPA ke depan. Karena dengan terwujudnya penggunaan satu mata uang di kawasan ASEAN akan mampu memberi dampak signifikan dalam rangka mewujudkan ASEAN vision 2020 di atas.

Hal itu bukanlah tanpa alasan. Berpijak dari perjalanan sejarah negara-negara atau kerajaan masa lalu saja, dapat kita tarik benang merah, ternyata aspek ekonomi (terutama perdagangan) sangat berperan besar dalam menciptakan hubungan yang erat antara satu negara dengan negara lain, terutama yang berada dalam satu kawasan. Demikian pula di ASEAN, untuk saat ini hingga 2020, aspek ekonomi masih akan sangat berperan besar dalam mewujudkan cita-cita ASEAN untuk membangun sebuah ASEAN Community.

Menggagas mata uang ASEAN sebagai mata uang bersama negara-negara ASEAN dan berlaku di kawasan ASEAN merupakan hal yang paling mungkin menjadi gerbang perwujudan ASEAN Community. Karena, selain berbagai faktor yang berkaitan dengan mata uang yang akan selalu mempengaruhi hubungan antar negara ASEAN, secara historis negara-negara yang ada di kawasan ASEAN juga memiliki latar belakang yang tidak jauh berbeda. Jadi, akan jauh lebih baik jika mereka juga memiliki mata uang yang sama.

Dalam hal ini, tidaklah salah jika kita belajar dari Eropa. Apa yang diterapkan negara-negara Eropa dengan memakai mata uang yang sama, yaitu Euro di seluruh negara benua itu, barangkali juga bisa diberlakukan di kawasan ASEAN. Sedangkan yang diharapkan menjadi penggagas, AIPA tentu juga mengetahui bahwa Uni Eropalah organisasi yang memelopori terciptanya penggunaan mata uang yang sama sebagai alat transaksinya di benua padat tersebut.

Gebrakan Uni Eropa terbukti telah memberi dampak yang sangat besar membangun sebuah komunitas, terutama di bidang ekonomi. Dan lebih dari itu, kini pun negara-negara Eropa memiliki positioning yang sangat kuat di mata negara-negara kawasan lain, termasuk Amerika Serikat yang selama ini leluasa mendikte dunia dengan dolarnya.

Negara-negara ASEAN yang pada umumnya adalah negara berkembang dan bekas jajahan yang belum lama merdeka, posisi tawar negara ASEAN terutama pada aspek ekonomi masih tergolong lemah di kancah internasional. Dan salah satu yang melemahkan itu adalah mata uang negara-negara ASEAN yang nilainya jauh lebih rendah dari mata uang negara lain.

Oleh sebab itu, hal-hal yang akan memperkuat posisi tawar negara-negara ASEAN di mata dunia perlu terus diupayakan. Salah satu terobosan yang bisa segera dilakukan itu adalah dengan melahirkan mata uang yang sama, sehingga memiliki nilai yang mampu bersaing dan tidak jauh berbeda dengan mata uang lainnya yang sudah mapan.

Dominasi Amerika bersama dolarnya dalam menguasai ekonomi dunia, untuk kawasan ASEAN sedikit banyaknya akan dapat diminimalisir jika negara-negara ASEAN memiliki mata uang yang sama. Kita meyakini bahwa nilai tukar mata uang ASEAN ini akan lebih tinggi dan lebih stabil terhadap dolar AS yang sudah menjadi alat transaksi internasional itu.

Di samping itu, dengan adanya mata uang yang sama, dimana nilainya lebih tinggi dan stabil akan memberi implikasi kepada bagaimana pasar internasional tidak lagi dengan serta merta mudah menggoyang pasar di kawasan ASEAN. Sumber-sumber ekonomi yang melimpah terdapat di kawasan ini akan memiliki nilai jual yang lebih tinggi di pasaran internasional. Sebutlah harga karet, sawit, gabah dan kakau yang sangat mungkin menjadi primadona dunia dari ASEAN.

Inilah nanti yang akan menjadi momentum kebangkitan ekonomi kawasan ASEAN. Antar sesama negara ASEAN, stabilitas ekonomi akan lebih terjamin. Harga-harga sumber ekonomi akan ditransaksikan dengan mata uang yang sama akan memberi efek saling bantu yang sangat besar. Karena antar sesama warga ASEAN, keuntungan semata hanya akan diperoleh dari jual beli komoditas dan tidak ada lagi keuntungan dari nilai tukar mata uang yang cendrung merugikan saudara di negara sahabat yang memiliki mata uang harganya lebih rendah.

Sedangkan jika dengan negara di kawasan lain, selain selisih nilai tukar mata uang ASEAN yang beranjak naik, komoditasnya juga memiliki nilai jual yang akan lebih tinggi. Hal ini tentu didorong oleh posisi tawar yang dengan mata uang telah diciptakan menjadi lebih kuat, karena semua itu sudah membentuk sebuah kawasan lintas negara dan tidak lagi pada satu negara saja.

Di samping itu, kesamaan mata uang juga akan membuka peluang bagaimana dana yang bergulir memutar roda perekonomian dalam negri masing-masing negara bisa berjalan optimal. Karena secara nilai, uang di satu negara ASEAN dengan negara ASEAN lainnya sudah sama. Dengan demikian, dari faktor nilai tukar seorang warga tidak lagi memiliki alasan untuk menyimpan dananya di bank negara lain.

Kesamaan mata uang secara otomatis juga akan memajukan solidaritas, saling pengertian dan kerjasama dalam membangun negara masing-masing. Rasa senasib sepenanggungan sebagai negara yang sama-sama dalam proses membangun dan bangkit dari krisis akan semakin terasa. Berbagai kerjasama bilateral dan multilateral pun akan lebih mudah diwujudkan. Transakasi-transaksi dagang akan berjalan semakin mudah dan cepat, harga-harga akan terasa lebih stabil, serta industri akan semakin hidup.

Secara sosial kultural yang sebenarnya juga merupakan salah satu pilar ASEAN Community, efek positif yang akan ditimbulkan juga akan sangat luar biasa. Dapat dibayangkan bagaimana orang Indonesia tidak perlu lagi menukar-nukar uang di money changger manakala ingin berbelanja di Malaysia misalnya, yang biasanya setelah ditukar pun ketika dibelanjakan yang dapat di beli di sana tidaklah sebanyak yang dapat dibeli di Indonesia. Begitu pun sebaliknya, warga Malaysia atau negara ASEAN lainnya tidak perlu lagi susah-susah menukarkan uang apabila melancong ke Indonesia. Dengan demikian, rasa satu komunitas dan berbagai persamaan secara perlahan akan terus menemukan titik leburnya.

Pada satu waktunya nanti, berbarengan dengan agenda ekonomi lain yang dijalankan AIPA, terciptanya mata uang ASEAN bersama multiple effect yang dibawanya akan menjadi cikal bakal terbentuknya AEC. Sebuah komunitas ekonomi yang akan lebih mendorong negara–negara dan masyarakatnya untuk juga merasakan komunitas kehidupan dalam arti yang lebih luas, yakni ASEAN Community.

Mengenai waktu, rentang antara 2007 sampai terwujudnya visi terwujudnya ASEAN Community tahun 2020, dapat digunakan secara efektif mewujudkan gagasan melahirkan mata uang ASEAN. Secara garis besar kita dapat menggambarkan pentahapan perwujudan gagasan ini menjadi beberapa tahap, yakni pelemparan gagasan di sidang umum, kristalisasi gagasan di semua anggota AIPA, kesepakatan bersama di AIPA (resolusi), sosialisasi dan mendorong pemerintah masing-masing, prosesi di pemerintahan serta mewujudkan kesepakan antar pemerintah negara ASEAN (MoU). Jika ini berjalan, maka grand lounching mata uang ASEAN akan hadir sebelum tahun 2020.

Melihat tahapan dan unsur yang terlibat di dalamnya, terutama legislatif dan eksekutif dari setidaknya delapan negara, disadari bahwa mewujudkan gagasan ini memang tidak semudah membalik telapak tangan. Kesemuanya itu membutuhkan dialog panjang guna menyamakan persepsi dan sedikit banyaknya menuntut kerelaan untuk mengorbankan mata uang masing-masing negara anggota. Namun demikian, mencermati banyak hal yang sudah dilakukan pendahulunya, AIPO, dalam hal mempertemukan berbagai perbedaan, serta pemahaman akan adanya kepentingan bersama yang lebih besar, maka menggagas lahirnya mata uang ASEAN akan menemukan jalannya. Jadi, semuanya tergantung pada kemauan untuk maju bersama serta bersabar dalam membangun persepsi dan kesadaran yang sama antar sesama negara ASEAN.

Secara operasional, AIPA dapat memberdayakan semua perangkat-perangkat yang ada untuk melaksanakan gagasannya. Sebutlah sidang umum tahunan, executive committee, standing committee, sekretaris jendral dan sekretariat sebagai pusat informasi serta perangkat-perangkat lain yang dapat dimamfaatkan. Pada sidang umum yang terdekat kiranya dapat dimamfaatkan untuk melemparkan gagasan ini untuk menjadi salah satu agenda pembahasan dan kemudian diupayakan sesegera mungkin dapat menjadi butir resolusi untuk ditindak lanjuti pada negara masing-masing.

Bila gagasan ini berhasil menjadi resolusi, realisasi dari tahap-tahap kerja dapat terus dievaluasi setiap tahunnya pada sidang umum. Sedangkan pemantauan dan evaluasi secara periodik sebelum setiap sidang umum dapat dilakukan oleh sekretaris jendral bersama executive committe. Peran sekretaris jendral beserta committee on economic matters tentu sangat diharapkan dalam hal ini.

Menggagas dan melahirkan mata uang ASEAN memang bukanlah tujuan akhir dari cita-cita AIPA dalam upaya memfasilitasi terealisasinya ASEAN Community sebagai ASEAN vision 2020. Ini hanyalah mata rantai dan sekaligus anak tangga menuju cita-cita besar secara keseluruhan. Akan tetapi, jika satu gagasan ini mampu direalisasikan, yakinlah bahwa dengan satu mata uang di ASEAN ini akan terlihat jalan yang lebih luas untuk mewujudkan agenda-agenda penting lainnya. Dari mata uang kita bisa menatap ASEAN Economic Community dan ASEAN Sosial-Cultur Community secara bersamaan, dan kesemuanya itu nantinya akan bermuara pada satu titik, yakni ASEAN Community.

Posting Komentar

0 Komentar