Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Sistem Pendidikan Terpadu Satu Pipa

Syaykh AS Panji Gumilang adalah pendiri dan pemimpin pondok pesatren modern (kampus) ‘Pusat Pendidikan dan Pengembangan Budaya Toleransi serta Pengembangan Budaya Perdamaian” Al-Zaytun. Ia melejit di belantika pendidikan nasional dengan mengusung ide besar baru yaitu one pipe education System atau system pedidikan terpadu satu pipa yang mensyaratkan ketersediaan kesinambungan system pendidikan secara terpadu dari tingkat dasar (SD) hingga tertinggi (S-3.

Karena ide besarnya, Syaykh Alumni Ponpes Gontor, dan IAIN (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, yang dikenal sebagai personifikasi Al-Zaytun, ini sungguh-sungguh merupakan seorang guru pelopor pendidikan terpadu (kampus peradaban) yang mengandalkan manajemen ‘kekitaan’ bukan ‘keakuan’.
“Kekitaan ini mempunyai satu kekuatan yang tidak pernah dapat diruntuhkan oleh siapapun, kecuali oleh yang membuat kita itu sendiri.” Kata Syaykh AS Panji Gumilang kukuh, yang pandangannya seringkali melebihi kemampuan banyak orang.

Fenomena Al-Zaytun, yang membangun model peradaban baru berdimensi global dalam kisaran waktu melebihi ratusan bahkan hingga ribuan tahun ke depan. Desain ini tak akan pernah putus, titik beratnya terletak pada pembangunan sistem pendidikan terpadu dalam satu pipa. Di sana bisa dijumpai Mesjid Rahmatan Lil’alamin berkapasitas 150.000 jamaah, gedung pembelajaran, perkuliahan dan asrama bertingkat-tingkat untuk menampung puluhan ribu siswa dan mahasiswa berasrama atau boarding school. Demikian pula pusat pengembangan olah raga, lahan pertanian terpadu, perbengkelan, dan segala macam hardware atau perangkat keras.

Pernik-pernik perangkat keras itu diperlukan untuk menjalankan piranti lunak berupa sebuah sistem pendidikan terpadu dalam satu pipa atau one pipe education system untuk menghasilkan manusia bercirikan brainware abad 21, sesuai dengan Visi Enam Citra Pendidikan Indonesia Tahun 2020. Pencapaian Visi Enam Citra Pendidikan Indonesia Tahun 2020 barulah sebuah fase awal, atau sebagai persiapan menuju tahun-tahun berikut yang lebih menantang.

Maka itulah peta perjalanan Al-Zaytun dimulai tepat pada tarikh 13 Agustus 1996. Saat itulah Al-Zaytun didirikan sebagai sebuah usaha unggulan dari Yayasan Pesantren Indonesia (YPI).
Secara seremonial pendirian lembaga pendidikan AL-Zaytun diresmikan oleh Presiden BJ. Habibie pada 247 Agustus 1999.

Pendidikan terpadu dalam satu pipa juga dimaksudkan untuk menghasilkan putra-putri bangsa yang sanggup menguasai science & technoplogy dengan segala perkembangannya. Dan yang paling inti, sebagai warga bangsa, putra-putri bangsan Indonesia keluaran Al-Zaytun ini mampu menciptakan kestabilan dan keselamatan negara.
Dan terakhir, sangggup hidup dalam tatanan antar bangsa di sebuah tata peradaban yang sempurna. “Nah, itu cita-citanya. Jadi tidak terlalu jauh. Kalau dalam bahasa Al-Qur’an-nya disebut dengan basthotan fil ‘ilmi wal jismi,” jelas Syaykh AS Panji Gumilang.

Al-Zaytun diharapkan mempersiapkan manusia yang menjadi dirinya sendiri di masa depan, dengan memiliki sejumlah persiapan yakni cerdas berpikir menyangkut intelektual, emosional dan spiritual : punya bajik dan bijak yaitu bisa memposisikan dirinya pada kondisi apapun, menguasai sains teknologi, cita negara yang bertanggung jawab dan mampu hidup dengan bangsa-bangsa lain.

Bekal yang diberikan kepada setiap siswa dan mahasiswa Al-Zaytun didesain untuk memampukan mereka berinovasi pada saatnya. Tanpa diuraipun mereka akan memiliki self-esteem yang tinggi, sebab hal itu sudah merupakan cita-cita pendidikan internasional seluruh bangsa di dunia. Persamaan ini pulalah yang bisa memberikan sumbangan besar kepada dunia, sehingga semua arus utama dan seluruh warga dunia dapat bertemu pada suatu saat nanti.

Itulah international setting yang sedang dibangun Al-Zaytun. Dengan demikian, cara berpikir mereka menjadi International Thinking, cara solidaritas menjadi International solidarity, tatanan hiduppun semua menjadi International Setting. ”Itulah yang dinamakan dengan hidup global atau globalisasi, yakni kekuatan nasional namun mampu mengakses kehidupan antar bangsa,” ujar Syaykh AS Panju Gumilang.
Syaykh mewujudkan ide besarnya ini disebuah lokasi terpecil jauh dari pusat keramaian kota, yaitu di Desa Mekarjaya, Indramayu, Jawa Barat.

Syaykh berucap, pendidikan haruslah mengekspos segala kegiatan umat manusia baik itu ekonomi, energi, environment dan lain-lain. Al-Zaytun memerlukan lahan seluas 1.200 hektar, yang mulanya tak lebih sebuah semak belukar kosong tak berpenghuni, demi mewujudkan cita-cita globalnya.

Siapkan Laboratorium
Dalam proses pendidikan, Al-Zaytun sengaja mengekspos dan menanamkan sebuah laboratorium alam ke benak anak didik, dengan tujuan mereka nanti mampu berinovasi. Misalnya, bila diekspos perahu akan timbul dalam pikiran, dahulu kami membuat sendiri yang namanya perahu, lalu mengapa sekarang harus membeli. Akhirnya mereka akan membuat sendiri perahu sebab ilmu dan pengalamannya ada.

Demikian pula dengan pendirian laboratorium peternakan, pertanian, teknologi informasi dan komunikasi, jurnalistik, perbengkelan, bahasa dan segala macam, semua memaknakan siswa akan bisa melakukan apapun bila didasarkan inovasi. Misalnya dibidang pertanian. Demi tujuan siswa memiliki kemampuan berinovasi, guru-guru yang terbagus sengaja didatangkan dari IPB Bogor untuk mengaja. Guru diberi kebebasan melakukan eksperimen, paling tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan kemampuan.

Sesuatu yang belum pernah dibuat di IPB, menjadi bisa di-lakukan di Al-Zaytun. Pada saat tulisan ini dibuat (02 Juni 2006) IPB belum mengembangkan embrio transfer, misalnya, Al-Zaytun sudah berhasil mengembangkan bibit sapi unggul. Bibit baru ini lalu disebar ke mana-mana. Dengan demikian guru-guru mengajar penuh dengan persiapan dan kompetensi.

Sistem Pendidikan Satu Pipa

Setelah mengorbit dalam jagat raya pendidikan nasional tingkat sekolah menegah, sejak 1999, maka bermula pada tarikh 27 Agustus 2005 Al-Zaytun mulai membuka pendidikan tinggi. Perguruan tinggi ini diberi nama Universitas AL-Zaytun Indonesia (UAZ - Indonesia).

Bersamaan dengan itu, dimulai pula pengoperasian pendidikan tingkat sekolah dasar, atau madrasah ibtidaiyah. Pengoperasian sekolah dasar dan UAZ-Indonesia serta merta melengkapi bukti perwujudan sistem pendidikan satu pipa atau one pipe education system, yang sejak awal memang sudah menjadi cita-cita Syaykh AS Panji Gumilang.

Defivatif sistem pendidikan satu pipa kelak belum akan berhenti di sini. Ke bawah masih akan tersedia lagi jenjang pendidikan taman kanak-kanak hingga kelompok berbain atau playgroup, dikhususkan terutama bagi anak para karyawan, guru, dosen, eksponen dan segenap pihak yang terlibat di lingkungan Al-Zaytun. Memberikan jaminan mutu menjadi alasan utama mengapa Al-Zaytun menerapkan sistem pendidikan satu pipa. Syaykh AS Panji Gumilang menyebutkan, sekali bergerak mendidik haruslah berkualitas dan berkelas dunia.

“Al-Zaytun jangan berbuat yang tidak bermutu. Untuk apa kita mendidik, bila hasilnya akan sia-sia.” Seruan ini sangat sering sekali ditekankan Syaykh kepada segenap eksponen dan guru Al-Zaytun. Pendirian UAZ-Indonesia dimaksudkan untuk menampung 1.200 siswa lulusan pertama Al-Zaytun di tahun 2005, dan siapa saja dari luar yang ingin melanjutkan pendidikan tinggi dalam konsep one pipe education system.

Maka berdirilah kokoh sebuah gedung perkuliahan berlantai 7 dengan total luas lantai 24 ribu m2, yang diberi nama Gedung Perkuliahan Jendral Besar Haji Muhammad Soeharto.
Ruangan-ruangan dalam gedung perkuliahan didesain sesuai dengan hajat universitas. Yakni,
o Terdapat 40 ruang kuliah dengan luas masing-masing 96 m2;
o Terdapat 20 ruang kuliah berbentuk segi enam masing-masing seluas 120 m2;
o 8 ruang kuliah berbentuk tribun seluas masing-masing 144 m2;
o 40 laboratorium dengan luas masing-masing 96 m2;
o 88 ruang rektorat dan dekanat dengan total luas 1.353 m2;
o 2 ruang pertemuan masing-masing seluas 480 m2;
o 1 auditorium seluas 1.008 m2; dan ruang pendukung lainnya.

UAZ-Indonesia menyelenggarakan pendidikan enam fakultas, yaitu :
o Fakultas Pertanian Terpadu,
o Fakultas Teknik Terpadu,
o Fakutlas Kedokteran,
o Fakultas Teknologi Informasi (information technology),
o Fakultas Bahasa terpadu dan
o Fakultas Pendidikan.

Memasuki semester ketiga atau tahun kedua didirikan lagi fakultas baru eksakta maupun social seperti Fakultas Ekonomi dan Fakultas Hukum.
Dalam kegiatan mendidik, kegiatan riset adalah ciri dan sifat yang melekat dalam UAZ-Indonesia. Maksud ciri ini, UAZ-Indonesia berkehendak pula akan menjadi sebuah Center of Research atau Pusat Riset. Dengan demikian motto Al-Zaytun sebagai pusat pendidikan akan menjadi lebih nyata dalam fungsinya. “Tidak boleh ada sesuatupun wujud di UAZ-Indonesia yang tidak akurat.”, tegas Syaykh AS Panji Gumilang.

Spirit pesantren yang di-setting secara modern memacu terbentuknya masyarakat yang toleran dan damai. Spirit berwujud sistem boarding school berfungsi sebagai ktalisator bagi munculnya penemuan-penemuan ilmiah yang actual dan up to date. Dengan demikian UAZ-Indonesia menjadi center of excellence pula sekaligus universitas riset internasional dengan jiwa pesantren, bersistem modern, berlandaskan budaya toleransi dan budaya damai. UAZ-Indonesia adalah lembaga pendidikan yang dapat menjadi contoh bagi kehidupan bangsa.

Al-Zaytun tak sekedar mengubah kesan kumuh lembaga pendidikan pesantren menjadi modern. Atau, mengubah potret penampilan santri dari sebelumnya bersarung menjadi berpakaian lengkap dengan jas dan dasi. Al-Zaytun mengubahkan paradigma dan wawasan lembaga pendidikan baru Indonesia menjadi berskala dunia, dan di-setting dalam jaminan mutu berdimensi global. (BI/14-2006)
Berita Selengkapnya !

Pendidikan Nasional Berbasis Pedesaan

Dunia pendidikan, dunia yang penuh dinamika. Pendidikan Nasional, bagai sebuah pekerjaan rumah yang tak kunjung usai. Setiap waktu pekerjaan rumah itu selalu ada. Sarana pendidikan, seperti banyaknya sekolah yang rusak, SDM guru, biaya pendidikan, kurikulum, kebijakan yang terus berubah-ubah dan persoalan lain yang semakin kompleks menjadi problem serius dunia pendidikan nasional.

Merunut sejarah, tokoh pendidikan terpadu, Syaykh AS Panji Gumilang menilai bahwa pada dekade awal kemerdekaan, sistem pendidikan belum mendapat perhatian pemerintah. Baru tahun 1970-an mulai dikembangkan perhatian terhadap pendidikan dasar, menengah bahkan Taman Kanak Kanak.

Sesudah 1997, data pendidikan di Indonesia belum dapat diakses secara jelas. Namun, diasumsikan bahwa perkembangannya bisa lebih menurun. Asumsi ini didasarkan pada problem didaerah diantaranya banyaknya gedung sekolah yang rusak. Bahkan di bebarapa daerah konflik seperti di Aceh, banyak sarana pendidikan yang dibakar oleh pihak yang bertikai. Maka banyak kalangan menyimpulkan, pendidikan Indonesia sedang menurun dan merosot tajam dari tahun-tahun sebelumnya.

Selama setengah abad lebih setelah kemerdekaan, system pelaksanaan pendidikan Indonesia tersentralisasi ke pusat. Semua kebijakan pelaksanaan ditentukan oleh pusat. Sedangkan secara geografis, sarana dan prasarana pendidikan dipulau-pulau terluar belum tertangani dengan jelas. Maka menurut Syaykh AS. Panji Gumilang, sentralisasi pendidikan dinilai tidak efektif dan tidak efisien.

Sementara itu, pada kenyataannya pelaksanaan pendidikan selam ini, perbedaan kualitas pendidikan desa dan kota sangan mencolok. Persoalan ini hingga kini belum terjembatani secara sistematis. Padahal kenyataannya, sebagaian besar penduduk Indonesia tinggal di pedesaan.

Maka menurut Pemimpin Al-Zaytun ini, membangun pendidikan, mesti berfokus kepada pembangunan pedesaan. Menata dan membangun pedesaan sangat beraktibat besar kepada kestabilan kehidupan kota, baik sektor ekonomi maupun keamanan. “Mempercepat pembangunan pendidikan pendesaan akan mempercepat pembudayaan masyarakat secara luas, yang pada gilirannya akan mempercepat pemerataan budaya kemajuan yang ada didalam masyarakat Indonesia secara keseluruhan, perkotaan
aupun pedesaan.” Katanya pada Rubrik Lentera, Berita Indonesia (Edisi 13/18 Mei 2006).

Karenanya perlu diciptakan system terpadu untuk menjem-batani kualitas pendidikan kota dan desa secara serius. Keberdayaan pendidikan desa, yang merupakan tempat tinggal 57% penduduk Indonesia menjadi sangat mutlak adanya. Dengan menata pendidikan desa dapat tercipta sumber daya insani yang siap dan sanggup secara mandiri membangun desanya, sanggup menghadapi tantangan kerja berdasarkan kompetensi yang meraka peroleh melalui pengalaman pendidikan formal di sekolah.

Citra Pendidikan Modern

Ditengah-tengah merosotnya dunia pendidikan nasional, muncul berbagai pemikiran mengenai model-model pendidikan. Ada pendidikan berbasis internasional, pendidikan berwawasan global, pendidikan islam berwawasan internasional dan sebagainya. Model-model pendidikan ini telah teruji dan mampu menopang pelaksanaan pendidikan nasional. Salah satunya adalah model pendidikan Pondok Pesantren Peradaban Berskala Dunia Al-Zaytun. Sebuah pesantren modern yang berskala internasional, dengan kampus peradaban terpadu dan system modern.

Lembaga pendidikan dengan sistem pesantren modern ini terletak di Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Menempati lahan seluas 1200 ha, dengan luas bangunan 200 ha dan 1.000 ha untuk lahan pertanian, peternakan dan sarana laboratorium praktek. Sejak berdiri tahun 1999, kini lembaga ini memiliki jumlah siswa-siswi sebanyak 10.000 lebih, yang terdiri dari siswa MI (Madrasah Ibtidaiyah), MTs (Madrasah Tsanawiyah), MA (Madrasah Aliyah), dan mahasiswa UAZ-Indonesia (Universitas Al-Zaytun Indonesia).

Dengan system pendidikan satu pipa (one pipe education system) lembaga ini memiliki tujuan untuk mempersiapkan peserta didik yang mandiri, cerdas pikiran, emosi dan spiritualnya, bijak dan mampu memposisikan diri dalam kondisi apapun, menguasai sains dan teknologi, cinta negara dan mamou hidup dengan bangsa-bangsa lain. Dalam tujuh tahun perjalanan (1999-2006), lembaga ini mampu menanamkan image sebagai sekolah berkualitas antar bangsa, sebagai citra pendidikan modern.

Maka boleh dikatakan, jika Steven Spielberg dan pemerintah Los Angeles memanfaatkan lahan ribuan hectare untuk distrik studio film ‘Universal Studios’, maka Syaykh AS Panji Gumilang memanfaatkan ribuan hektare tanah di Indramayu untuk membangun distrik ‘Universal Education’ . Sehingga, jika orang datang ke ‘Universal Studios’ akan berdecak kagum dengan industri film di Amerika, sedangkan jika orang dating ke ‘Universal Education’ akan berdecak kagum dengan industri pendidikan di sana. (Sumber Majalah Berita Indonesia - 14/2006)

Posting Komentar

0 Komentar