Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

INILAH LAPORAN ATAS PROGRES PENELITIAN TIM TERPADU RISET MANDIRI (TTRM) DI GUNUNG PADANG

GUNUNG PADANG: BEYOND IMAGINATION (Laporan TTRM Kepada PRESIDEN Dan RAKYAT INDONESIA)

30 August 2013 at 00:59
INILAH LAPORAN ATAS PROGRES PENELITIAN Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) DI GUNUNG PADANG Yang Ditujukan Kepoada Presiden dan Rakyat Indonesia.

REVIEW DAN UPDATE HASIL PENELITIAN

Penelitian Situs Gunung Padang bukan kasus cagar budaya dan riset biasa.  Akumulasi hasil riset TTRM yang dilakukan dalam 2 tahun terakhir ini berhasil membuktikan bahwa situs inibukan hanya luarbiasa bahkan boleh dibilang "beyond imagination". Sangat luarbiasa karena data penelitian TTRM berhasil memperlihatkan:

1. Situs megalitik G. Padang berupa struktur teras-teras yang tersusun dari batu-batu kolom basaltik andesiit  yang terlihat dipermukaan bukan hanya menutup bagian atas bukit seluas 50x150m2 saja tapi menutup seluruh bukit seluas minimal 15 ha.  Hal ini sudah terbukti tanpa keraguan lagi setelah dilakukan pengupasan alang-alang dan pohon-pohon kecil di sebagian lerengtimur oleh Tim Arkeologi pada bulan Juli 2013. Batu batu kolom penyusun ini berat satuannya ratusan kilogram, berukurandiameter puluhan sentimeter dan panjang sampai lebih dari satu meter. Dapatdibayangkan mobilisasi dan pekerjaan menyusun kolom-kolom batu ini sama sekali bukan hal yang mudah.  Kemudian tim  melakukan lagi uji radiokarbon dating darisampel tanah di dekat permukaan. Hasilnya menguatkan umur radiokarbon sebelumnya bahwa umur dari situsyang terlihat di permukaan ini adalah dalam kisaran 500 sampai 1000 tahunsebelum Masehi (2500 s/d 3000 tahun BP). 

Jadi Gunung Padang adalah monumen megah seperti Machu Pichudi Peru tapi umurnya jauh lebih tua di masa pra-sejarah Indonesia.  Temuan ini saja sudah luarbiasa karena selain monumen megalitik yang besarnya sampai 10x Candi Borobudur juga umurnya membuktikan sudah ada peradaban tinggi di Indonesia pada masa pra-sejarah yang selama ini dianggap zaman berbudaya masih sederhana.  Dengan kata lain hal ini akan merubah sejarahIndonesia dan Asia tenggara

2. Situs megalitik Gunung Padang ternyata tidak hanya satu lapisan budaya yang terlihat di permukaan saja, seperti disimpulkan oleh penelitian Balai Arkelogi dan ARKENAS sebelumnya, tapi ada struktur bangunan yang lebih tua lagi, berlapis-lapis sampai puluhan meter ke bawah. Hal inisudah dibuktikan dengan baik oleh survey geologi dan geofisika bawah permukaan yang sudah dilakukan sangat komprehensif, yaitu dengan metoda georadar,geolistrik, geomagnet dan pengambilan sampel bor.  Struktur lebih tua ini bukannya lebih sederhana tapi malah struktur bangunan besar dari budaya lebih tinggi karena mengindikasikan bentukan geometri dinding dan ruang-ruang yang luar biasa, juga ditata dari susunan batu-batu kolom yang serupa.  Iniadalah hasil karya  sipil-arsitektur yang luarbiasa hebat.

3. Hasil penelitian dan eskavasi arkeologi yang dilakukan pada bulanAgustus 2012, Maret 2013, dan terakhir Juni-Juli 2013 berhasil membuktikan secara visual keberadaan lapisan budaya kedua yang hanya  tertimbun satu sampai beberapa meter di bawah permukaan.  Bahkan sebenarnya lapisan kedua ini sudah tersingkap ketika penggalian arkeologi yang dilakukan oleh Balai Arkeologi Bandung tahun 2005, hanya waktu itu disalahtafsirkan sebagaibatuan dasar alamiah (sebagai “quarry”) karena belum ditunjang oleh penelitian geologi yang komprehensif dan tidak ditunjang oleh survey geofisika bawahpermukaan.

Lapisan kedua ini juga disusun oleh batu-batu kolom andesit yang sama dengan yang di atasnya namun susunannya terlihat lebih rapih dan sudah menggunakan semacam material semen atau perekat diantaranya sebagai penguat. Semen purba ini mempunyai komposisi 45% mineral besi, 40% mineral silikadan sisanya mineral lempung dan sedikit karbon. Komposisi ini jelas tidak bisa ditafsirkan sebagai tanah hasil pelapukan batuan atau hanya merupakan infiltrasi material yang dibawa air ke dalamtanah.  Hasil analisa umur dengan radiokarbon dating dari beberapa sampel bor menunjukkan bahwa umur lapisan budaya di bawah permukaan ini adalah sekitar 4700 tahun SM atau lebih tua.  Jadi lebih tua 2000 tahun dari Piramid Giza di mesir yang konon berumur sekitar 2700 tahun SM.

Sampai disini sudah cukup alasan untukSitus Gunung Padang menjadi prioritas nasional dan benar-benar ditangani secara sangat serius untuk menjadi proyek pemugaran situs kebanggaan nasional.  Terlebih lagi temuan ini adalah hasil kerja bangsa sendiri tanpa bantuan pihak asing.  Penemuan lapisan budaya kedua ini sudah akan merubah sejarah tidak hanya Indonesia dan Asia Tenggara tapi sejarah peradaban dunia.

3.  Struktur lebih tua yang tertutup oleh lapisan budaya kedua lebih fantastis lagi.   Keberadaan rongga-rongga besar adalah kata kuncinya.  Hal ini diinterpretasikan darihasil survey geolistrik berupa kenampakan tubuh dengan resistivity yang sangattinggi (puluhan ribu sampai lebih dari 100 ribu ohm.m) dan juga citra georadaryang memperlihatkan pola refleksi dan refraksi dari dugaan strukturatap-dinding dan ruang.  Pada BulanRamadhan lalu Tim juga sudah melakukan survey tomografi seismik pendahuluan.

Hasilnya mengkonfirmasi bahwa memang benar ada rongga besar di bawah situs, ditunjukkan oleh "lowseismic velocity zone" dan pola geometri refleksi-refraksi dari penjalarangelombang seismik/akustik, salah satunya memperlihatkan "shadow zone"di bawah rongga tersebut.  Shadow zone juga diperlihatkan dalam profil geolistrik berupa ‘zona terblokir - tanpa data’di bawah rongga.

Lebih lanjut lagi, ketika melakukan pemboran lubang ke-dua padabulan Februari 2013 di lokasi yang berdekatan dengan dugaan tubuh ronggaterjadi "partial water loss" yang cukup besar pada kedalaman 8 sampai10 meter, diduga karena bor menembus ‘tunnel’ yang berisi pasir.  Pemboran selanjutnya, pada Bulan Ramadhan lalu, lebih mengejutkan lagi karena mengalami  "total water lost" yang sangatbanyak sampai 32.000 liter air ketika menembus kedalaman yang sama (8-10m),  kemungkinan besar air mengalir mengisi rongga yang besarnya minimal  32 m3atau 4x4x2 m

Analisa radiokarbon dating dari tanah yang menimbun lapisan bangunan berongga ini menunjukkan umur 6700 tahun SM.  Jadi umur dari bangunan berongga ini harus lebih tua dari penimbunnya. Umur karbon dalam pasir yang mengisi rongga yang ditembus bor-2 sekitar 9600 tahun SM; umur radiokarbon dating dari beberapa sampel tanah/semen diantara batu-batu kolom pada kedalaman dari 8 sampai 12 meter bahkan menunjukkankisaran umur dari 11.000 sampai 20.000 tahun SM. 

Walaupun demikian, umur-umur ini sebaiknya diuji lebih lanjut dengan analisa radiokarbon dating atau metoda pengujian umur absolut lainnya yang lebih komprehensif karena angka-angka ini memang "beyondimagination" alias seperti tidak masuk akal karena tidak sesuai dengan pengetahuan sejarah dan perkembangan peradaban manusia yang dipercaya umum saat ini, sehingga pembuktian "beyond reasonabledoubts" diperlukan.

KESIMPULAN

Gunung Padang sudah terbukti benar-benar mahakarya arsitektur dari peradaban tinggi kuno yang hilang atau belum dikenal saatini.  Dengan kata lain, temuan bangunandi bawah Gunung padang adalah "breakthrough" untuk dunia ilmupengetahuan dan sekaligus akan menjadi kebanggaan nasional yang tidak ternilai.  Keberadaan ruang-ruang memberi harapan untuk menemukan dokumen atau apapun yang dapat menguak misteri sejarah ini.

Bahkan boleh jadi  mengandung  pengetahuan dan teknologi peradaban masa laluyang bermanfaat serta peninggalan-peninggalan berharga lainnya.  Temuan ini juga pasti bukan satu-satunya tapiakan menjadi tonggak pemicu untuk penemuan-penemuan berikutnya yang siapa tahuada yang lebih hebat lagi baik di kawasan sekitar ataupun di seluruh wilayahIndonesia, karena Gunung Padang mustahil sendirian. (Ditulis oleh Pak Danny Hilman Natakusumah atas nama TTRM)

PENJELASAN Tim Geofisika Tentang Tomografi Sesimic Gunung Padang (Bagus Endar B. Nurhandoko)

Tentang tomografi, ini adalah metode pencitraan yang tidak merusak (non destructive) yang bisa dipakai untuk melihat penampang lintang sebuah obyek..seolah 'diiris/disayat' dengan tanpa merusak...karena mempergunakan gelombang seismic (gempa buatan).

Tomografi adalah salah satu metode yang pencitraan terdepan dalam dunia kedokteran, contonya: CT Scan (Xray Tomography), MRI Imaging (NMR Tomography), PET (Positron Emission Imaging Tomograpy). Dikarenakan teknik pencitraannya yang mudah diinterpretasi, maka metode ini menjadi sangat popular di medical sejak Hounsfeld dan Cormack penemunya dianugerahi hadiah Nobel pd tahun 1979.

Kesuksesan tomography di dunia medis inilah yang menyebabkan para peneliti mencoba untuk menerapkan di dunia eksplorasi dengan menggunakan gelombang seismic. Namun tantangannya jauh beda, dikarenakan kondisi ideal spt di dunia kedokteran tidak didapat, terutama sudut pencitraan yang terbatas. Di dunia eksplorasi, kita tidak bisa memasang sumber dan penerima gelombang mengitari objek secara 360 derajat seperti di dunia kedokteran.

Namun keterbatasan inilah yang menyebabkan penelitian dipacu penuh utk memecahkan keterbatasan tersebut. Maka muncullah beberapa metoda tomografi, beberapa diantaranya diaplikasikan di Gunung Padang.

Kondisi bawah permukaan gunung padang, akan  dicitrakan dengan teknik ini, diharapkan kita akan tahu penampang lintang dibawah tiap2 line. Anomali bawah permukaan berupa rongga, perlapisan diharapkan bisa tercitrakan dengan baik.

Mengapa perlu mencitrakan dengan tomography ?

•Kita tidak dapat mencitrakan bawah permukaan yang kompleks dengan seismik pantul biasa, dikarenakan lapisan bawah permukaan Gunung padang cukup kompleks. Biasanya citra seismik refleksi (pantul) akan tidak jelas (blurr).
•Citra Tomography mudah diinterpretasi karena seperti layaknya melihat (sayatan melintang dari sebuah gunung).
•Keberadaan lobang atau ruangan dengan relatif mudah diinterpretasi dengan ambiguitas minimum. Lobang akan dicitrakan dengan velocity (kecepatan) rendah .

Gunung Padang Untuk Masa Kini Atau masa mendatang : Antara Jakob Soemardjo dan Ali Akbar

26 June 2013 at 02:13

Gunung Padang ada di Indonesia, ”dibangun” di bumi Indonesia, oleh orang-orang Indonesia, dan dengan cara berpikir Indonesia. Tepatnya: Gunung Padang dibangun di tanah Sunda oleh orang Sunda dan dengan cara berpikir masyarakat Sunda.

Nama Gunung Padang bukan hanya ada di Cianjur, tetapi juga ada di daerah selatan Bandung dan di daerah Ciamis. Nama itu juga disebut-sebut dalam berbagai naskah kuno Sunda.

Kata padang sendiri dapat diartikan ’terang’ atau ’cahaya’ sehingga Gunung Padang dapat berarti ’gunung cahaya’ atau ’gunung pencerahan’ jiwa. Itulah sebabnya Gunung Padang disakralkan, tempat yang bersih dan suci, sehingga terlarang bagi sembarang orang memasukinya.

Terkait ”semesta raya”

Dalam bahasa Sunda, tempat semacam itu disebut buyut atau terlarang, tabu. Yang boleh memasuki wilayah buyut hanya orang-orang tertentu dengan kualitas-kualitas tertentu menurut ukuran budaya setempat.

Kabuyutan-kabuyutan semacam itu di tanah Sunda masih banyak terdapat sampai hari ini, yang secara ketat masih dipatuhi sebagai buyut maupun yang sudah agak longgar persyaratannya. Biasanya orang-orang dengan keyakinan tertentu mendatangi kabuyutan semacam itu untuk ngalap berkah atas semua yang berkonotasi ”selamat”. Gunung Padang di Cianjur, saya dengar, juga masih ada yang memperlakukannya semacam itu.

Kabuyutan Sunda semacam Gunung Padang tak serta-merta keinginan manusia, tetapi keinginan itu harus sesuai dengan ”keinginan” alam lingkungannya. Bahkan ada yang memperhitungkan dalam hubungannya dengan alam ”semesta raya” ini, yakni adanya pola yang menempatkan kabuyutan dalam koordinat gunung, sungai, jurang, tanah landai, mata air, batu-batu besar, dan tanah (berhutan subur).

Kabuyutan dibangun di bagian tanah yang meninggi dari hunian manusia umumnya pada waktu itu. Biasanya diperhitungkan adanya sisi yang terjal, jurang, dan sisi yang agak landai. Arah sakral diletakkan dekat jurang karena di seberang jurang tidak ada apa-apa lagi alias ”kosong”. Gunung Padang di Cianjur juga ditata semacam itu: di sebelah timurnya terjal berbenteng, sedangkan arah sebaliknya relatif landai sehingga orang dapat berjalan naik turun dari atas atau bawah.

Kabuyutan juga harus dikelilingi air yang berupa sungai. Situs Gunung Padang juga diapit dua aliran sungai, di kiri dan kanannya, mengalir ke arah depan bangunan yang kemudian bertemu di sungai yang lebih besar di depannya yang akan mengalir ke sungai besar, Cimandiri. Itu sebabnya, masyarakat Sunda kuno menyebut kabuyutan sebagai pulo (pulau) yang memiliki makna terisolir dan terasing dari alam sekitar. Kondisi yang sesuai untuk dinamakan sebagai ”buyut”, terlarang, tadi itu.

Suatu kabuyutan juga harus memenuhi adanya tiga anasir alam, yakni air sebagai simbol langit bagi kaum peladang, tanah subur berhutan sebagai simbol bumi, dan batu-batu besar (megalitik) sebagai simbol manusia. Dengan demikian, kabuyutan adalah kesatuan organis langit, bumi, dan manusia di atas bumi dan di bawah langit.

Apa makna gunung-gunung yang merupakan salah satu syarat pembangunan tempat sakral? Gunung oleh masyarakat tua Indonesia dipercayai sebagai persemayaman roh-roh nenek moyang, bahkan ada raja dan keluarganya yang dapat ”turun” kembali ke dunia manusia dan memimpin kembali anak cucunya. Gunung Padang dikitari enam gunung kecil: di barat laut ada Gunung Karuhun, Pasir Pogor, dan Pasir Gombong; sementara di tenggara terdapat Gunung Pasir Malang, Gunung Melati, Gunung Emped. Dengan demikian, Gunung Padang ada di tengah gugusan enam gunung tersebut. Inilah yang disebut pancer pangawinan sakral semesta dan ilahiah.

Pancar pangawinan adalah bertemunya dua sumbu semesta, yakni sumbu bapak yang arah timur-barat dan sumbu indung (ibu) yang arah utara-selatan. Gugusan gunung di barat laut adalah pancer pangawinan pertama bertemunya sumbu bumi utara-selatan dan barat-timur. Begitu pula gugusan gunung di tenggara bermakna sama. Dengan demikian, Gunung Padang adalah pancer pangawinan dari pancer-pancer pangawinan sehingga betapa tingginya makna metafisik Gunung Padang bagi masyarakat Sunda lama.

Barangsiapa ke Gunung Padang akan dikejutkan oleh adanya tangga batu yang amat tinggi, hampir vertikal, dimulai dari kaki bukit sampai ke wilayah kabuyutan itu sendiri. Menurut saya, hal ini berkaitan dengan banyaknya balok batu berpenampang segi lima. Pentagonal ini merupakan penggabungan atau perkawinan dua segi tiga (tritangtu buana) dari atas ke puncaknya dan segi tiga puncaknya, dengan alas garis tengah horizontal pentagonal, yang dibalik ke arah alas bawah pentagonal tersebut.

Ini dapat berarti ”yang di bawah menuju ke atas” atau ”dari bumi ke langit” dan segi tiga atas yang terbalik berarti ”yang di atas menuju bawah” atau ”dari langit menuju bumi”. Keduanya bertemu di tengah-tengah, persis di mana anak tangga berakhir. Boleh dikatakan tangga tinggi ini ”tangga langit”, mirip mitologi I La Galigo di Sulawesi Selatan.

Punden berundak

Bentuk punden berundak itu sendiri tidak eksplisit terlihat. Kalaupun mau disebut punden, tidak dibangun utuh dalam susunan vertikal segi empat, tetapi hanya setengahnya saja atau hanya dua sisi segi empat yang dibangun, seperti dijelaskan dalam soal arah sumbu semesta di atas. Di Sunda, bentuk punden semacam itu terdapat di situs Susuru, Bojong, Ciamis, juga situs Arca Domas di kaki Gunung Salak, Bogor.

Gambaran Gunung Padang sebagai piramida bertangga mirip budaya Aztec atau Maya, menimbulkan pertanyaan: kapan orang-orang Amerika Selatan itu berimigrasi ke Indonesia? Juga gambaran adanya simpanan harta benda logam mulia di bawah bangunan empat tingkat Gunung Padang juga terlalu banyak dipengaruhi legenda Indiana Jones, manusia Barat yang berpengalaman menggali piramida-piramida Mesir Kuno yang memang menyimpan emas berlian segala rupa. Memang ada benda-benda logam yang ditanam di bawah batu-batu situs, tetapi bukan emas. Kalaupun emas, juga hanya sebesar paku atau jarum, seperti ditemukan di makam-makam megalitik Pasemah di Sumatera Selatan.

Bongkar pola pikir Sunda

Kalau tersedia anggaran besar untuk situ Gunung Padang akan lebih baik jika digunakan untuk merekonstruksi kembali wujud awalnya sebelum rusak berat di masa sekarang ini. Kerja serupa pernah dilakukan untuk mendirikan kembali Candi Prambanan dan Borobudur seperti bentuknya yang sekarang ini.

Gunung Padang sendiri bukan kabuyutan satu-satunya dalam tradisi budaya Sunda. Selalu ada dua kabuyutan yang lain yang merupakan kesatuan organis makna dengan Gunung Padang.

Kalau Gunung Padang ada di bagian paling hulu dari Sungai Cimandiri, maka dua kabuyutan yang lain harus berada jauh di bawah, yakni bagian agak hilir Sungai Cimandiri (mungkinkah wilayah Campaka?), dan dua
kabuyutan lain itu saling berdekatan. Kalau Gunung Padang merupakan kabuyutan Langit, maka dua kabuyutan jauh di bawahnya adalah kabuyutan Bumi dan kabuyutan Manusia, atau dalam paham tritangtu nagara Sunda disebut Resi (langit), Ratu (manusia), dan Rama (bumi).

Gejala tritangtu semacam ini (pola tiga) ada di mana-mana di tanah Sunda. Bukan hanya waktu membangun kabuyutan-kabuyutan negara, tetapi juga ketika masyarakat Sunda masa lampau membangun perkampungannya, rumahnya, senjatanya, alat perkakasnya, motif kainnya, dan lain-lain.

Gunung Padang jangan dibongkar-bongkar kedalaman tanahnya. Akan tetapi yang perlu dibongkar adanya pola berpikir yang tecermin dalam tata susun situs Gunung Padang itu sendiri. Hal itu hanya dapat dilakukan
dengan penelitian terhadap semua benda budaya Sunda, baik yang tampak maupun tak tampak (dalam pikiran).

Kalau kebudayaan itu merupakan satu struktur bangunan pikiran yang besar dan luas, maka Gunung Padang hanya dapat dipahami dari pola berpikir masyarakat Sunda lama. Adapun manifestasi, aktualisasi, dan eksistensinya ada di warisan benda-benda budaya Sunda.

Jakob Sumardjo Budayawan

Sumber : http://cetak.kompas.com/read/2013/06/25/01152154/gunung.padang

Ali Akbar
Gunung Padang
Rabu, 26 Juni 2013

Tulisan menarik mengenai Gunung Padang yang disampaikan oleh budayawan Jakob Sumardjo di Harian Kompas tanggal 25 Juni 2013. Gunung Padang memang oleh masyarakat setempat diartikan sebagai Gunung "cahaya" atau "terang". Selanjutnya, asumsi yang mendasari tulisan beliau merupakan salah satu bagian dari lintasan panjang pembuatan dan penggunaan Gunung Padang.

Berdasarkan hasil penelitian Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM), situs Gunung Padang merupakan situs yang dibuat dan digunakan berkali-kali dalam periode yang panjang (multi component site).

Tugas TTRM, sebenarnya bukan lagi membuktikan adanya periode panjang tersebut, karena TTRM telah berhasil menemukan bukti-bukti arkeologi di Gunung Padang. Tugas TTRM adalah menampakkan lebih luas lagi sehingga hasil riset ini tidak hanya diterima oleh kalangan ilmuwan, namun juga dapat dilihat oleh masyarakat kebanyakan. Tugas TTRM adalah mencari tiap detail dari lintasan panjang peradaban besar bangsa Indonesia yang ada di Gunung Padang. Ucapan terima kasih perlu disampaikan kepada Bapak Jakob Sumardjo yang telah mencoba mengisi salah satu bagian dari lintasan panjang tersebut.

Lintasan panjang inilah yang disertai dengan patahan-patahan historis yang kini coba diisi dan dijelaskan oleh beberapa ahli dari berbagai bidang ilmu yang tergabung dalam TTRM. Para ahli yang tergabung dalam TTRM tidak melihat Gunung Padang secara satu bagian, tetapi mencoba melakukan kajian mulai dari periode tertua, tengah, sekarang, bahkan ke depan agar dapat berguna bagi masyarakat zaman sekarang. Tentu saja peran serta anak bangsa dalam berbagai bentuknya sangat diperlukan karena keterbatasan yang dimiliki TTRM.

TTRM menawarkan cara pandang Gunung Padang untuk Indonesia mendatang. Cara pandang yang melibatkan beragam bidang ilmu. Cara pandang yang memberi kesempatan kepada semua anak bangsa Indonesia untuk memberikan bakti bagi ibu pertiwi. Gunung Padang adalah peradaban Indonesia bahkan dunia yang sudah lama terpendam di bumi tercinta bernama Indonesia.

Seluruh lintasan panjang peradaban Gunung Padang hanya bisa dibuka dengan menggunakan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang diwariskan para leluhur kepada kita. Nilai luhur para leluhur di Gunung Padang adalah gotong royong.

Menggali Gunung Padang bukan sekedar menggali batu, melainkan menemukan kembali jiwa bersatu. Persatuan dan rasa bakti adalah cahaya benderang Gunung Padang untuk Indonesia mendatang.

Ali Akbar (arkeolog)

MENEMUKAN BUKTI UNTUK TUJUAN POKOK

23 July 2013 at 07:13 (Andi Arief)
Setelah disadari adanya keterbatasan sumber-sumber sejarah dan ilmu pengetahuan, Ilmuwan eropa dihadapkan pada posisi tak ada pilihan untuk  melirik  kitab suci sebagai referensi perantara temukan putusnya rantai sejarah  Melengkapi sumber resmi, inerpretasi. relief dan translasi kitab kuno lainnya.              

Agama di negara kita dan kawasan-kawasan sekitar  menempatkan kitab suci  berada di tempat yang "bersih  dan keramat" dari debat dan dipisahkan dengan ilmu pengetahuan modern bahkan kitab suci bisa jadi sumber konflik antar dan inter keyakinan sehingga fungsinya terbatas pada identitas ketimbang petunjuk sejarah dan ilmu pengetahuan. Al Qur'an hampir setiap rumah memilkinya, setiap murid SD sudah wajib dikenalkan, tetapi imbalan pahala dan dosa serta berbagai ancaman dalam berrbagai surat dan ayat lebih banyak dikenalkan atau dindonesiakan sebagai doktrin

Ibadah atas pilihan surat dan ayat. Karena itu,  sebagian besar surat dan ayat yang tidak menjadi pilihan karena dianggap tak ada konteksnya dg ibadah kadang mendapatkan perlakuan bagian dari kitab suci yang tak dibutuhkan.

Kisah perjuangan Para Nabi dan Rosul, terciptanya alam semesta beserta isinya, inovasi dan teknologi, bencana dan gejolak  alam besar, diteima tanpa banyak sikap kitis karena dianggap semua cerita itu milik sebuah kebudayaan yang berbeda tempat. Sebagian kecil saja yang menjadi petunjuk, selebihnya ya hanya dianggap kisah-kisah biasa.

Kitab Suci akhinya diterima dan diimajinasikan  sebagai mana kita mendapatkan dogma sejarah 200 tahun terakhir ini paling hebat peradabannya, jauh sebelum itu keterbelakangan dan primitif.  Kapal Nuh dianggap kapal tadisional, Ibahim hidup di kampung penuh domba dan batu-batu, Nabi daud dan Sulaiman dianggap kerajaan besa ditopang keajaiban dan sihir. Bukan hebat bangun peradabannya, tapi mukjizatnya diibaratkan sihir. Kitab suci akhinya menjadi keyakinan yang darwinisme.               

Di Eropa dan sebagian negara Sepeti mesir,  posisi  Bible dan Al Qur'an sudah muncul terbuka sebagai sumber pengetahuan dan sejarah yaitu dalam  Bible Archeology dan Qur'anic Archeology. Bdang ilmu lainnya juga demikian  walau masih malu karena dekat dengan tuduhan Pseudo science, ghoib dll. .

Kajian serius  Prof Aryo Santos bahkan temukan atlantis benua yang hilang dg sumber penting dikutip dari bible. Hanya saja meski menunjuk tempat yang sama di mana "eden". Oppenheimer meriset dengan pendekatan  DNA tak ikutan menyebut atlantis dengan alasan takut dikucllkan komunitas science.

Hieroglif mesir menjadi sumber penting filosof seperti Plato bicara adanya kehidupan sebelum sumeria yg jauh lebih maju yaitu atlantis dan yunani purba  juga disebutnya. Bahkan bangsa Ad yg terkenal arsitektural megalitikum  yang ada di Qur'an, ternyata sudah menjadi bahan tulisan filosof  Aristoteles, fliny dkk.

Kisah  Atlantis, Kapal Nuh dan banjir global, Kerajaan Sulaiman, Kerajaan Daud, Kerajaan Saba termasuk juga bangsa  Ad dan Tsamud  selama ini sudah menjadi "kerja arkeologi dan geolog  bawah tanah" Eropa Dipelopori Inggris, Jerman, Israel dll.

 Francis Bacon dan beberapa ilmuwan sosial  lainnya menjadi "die hard" kubu yg percaya kejayaan  atlantis itu memang pernah ada. Tapi meski demikian sebelum Raffles eksploasi ke jawa dan Sumatera terutama  setelah temukan Borobudur dan sisa kota  dan Kerajaan di Bukit tinggi tampaknya Eropa terutama Inggris  betul-betul mengakui kesalahan mengutus colombus ke Amerika.

Anehnya, kisah  kerajaan Majapahit dan kedigdayaan Sriwjaya seperti tak dikenal. Mencari liteaturnya sesulit temukan bukti kerajaannya.  Bebeda dengan gambaran Majapahit yg dipelajari dlm sejarah kita. Bahkan nasib Sriwijaya yang juga dicatat dalam sejarah kita luar biasa diabad 7 hilang lama dan diemukan kembali awal abad 20 oleh sejarawan Prancis.

Ilmuwan terkenal Inggris, dari  Isaac Newton sampai Hawking sudah lama mencari istana Sulaiman (Solomon Temple) bahkan berpatokan pada bible acheology  muncul rekonstruksinya tentang Istana Sulaiman versi Isaac Newton. Baik  Bible dan Al Qur'an sama-sama sebut istana itu sangat luar biasa  tak ada duanya arsitektur, konstruksi sipil  dan teknologinya. Akeolog Eropa inggris, Jerman dan Israel terus tak putus asa mencari dengan bebagai teknologi dan kajiannya yang serius.

Tak perlu kaget jika arkeolog Israel mengklaim  temukan  Istana Nabi Daud ayahnya Sulaiman. Istana Sulaiman dan Istana Daud  memang tidak disebut dalam kitab suci pernah musnah karena disebabkan perang dan bencana. Diperkirakan Istana Sulaiman yang sangat canggih itu masih belum tersentuh  Namun agar tak ada lagi istana seperti itu sepennggalannya, diduga kuat teknollogi canggih juga yang membuat sampai hari ini istana legendaris itu belum bisa ditemukan sama nasibnya dengan legendarisnya kapal Nuh yang juga diyakini kapal aslinya belum ditemukan.

Adalah Fahmi Basa yang lewat kajian maematika (dan intepretasi ayat2 alquran)  menyebut Boobudur sebagai Istana Sulaiman. Cukup serius buku yang dibuat Fahmi Basa. Menurut para arkeolog, pemugaran Borobudur kurang lebih mencapai 90 persen dari keseluruhan bangunan. Bisa dibayangkan butuh waktu buktikan hipotesa Fahmi basa. Namun sebagai sebuah karya, buku itu inspiring.

Geolog Danny Hilman menulis buku tentang atlantis lewat riset kebencanaan yang dihubungkan dengan apa yang dikemukakan Plato soal Atlantis. Danny Hlman memastikan Plato bicaa atlantis itu ada sumber resminya dan bukan fiktif. Letak atlantis, letak pusat kotanya , letak monumen sucinya dan proses kehancuran atlantis berhasil dijelaskan dan dibuktikan dengan pendekatan geologi.

Konsep tenggelamnya  atlantis antara yang dikemukakan Danny Hilman dan Santos berbeda meski segmennya berdekatan. Kalau Santos akibat letusan Vulkaniik, sementaa Danny Hilman  menyebut megathrust di segmen seismic gap selat sunda saat ini  yang hasilkan Tsunami  besar selama hampir 5 jam yang berhasil dilakukan permodelannya oleh periset  Tsunami DR,Gegar. Tsunami mangaduk2 pulau jawa sampai ke Pacitan. Jakarta sendiri dihantam Tsunami 5 meter.

Meski Oppenheimer menolak sebut atlanis lebih memilih sundaland, namun ada kesamaan hipotesa dengan Danny Hilman bahwa sebelum tenggelamnya atlantis jauh sudah ada kehidupan beradab dan bertuhan  dari manusia  Homo Sapiens. Sulit diterima akal sehat homo sapiens yang ada kisaan 150 ribu  tahun  sampai 200 ribu tahun lalu  baru berkembang 10 tahun terakhir, Oppenheimer menyebut 60 Ribu tahun yang lalu sdh ada sistem petanian yang maju, nutrisi di era itu miliki syarat hasilkan peradaban tinggi.

Kontroversi atlantis hanya soal waktu saja saat satu bukti bisa jelas dilihat dengan mata telanjang, namun istana Sulaiman, Kapal Nuh? Wallahu alam

Merangkum sejarah tidak mudah. Tapi bukan tidak mungkin. Berbagai temuan bangunan-banguanan disejumlah benua yang berumur tua, serta munculnya cara pandang sejarah tidak linier dalam interpretaskan surat dan ayat terutama kisah-kisah nabi dan Rosul maupuin kisah peradaban yang diceritakan musnah karena bencana.

Namun, bencana tak membuat semua punah dan bukti bangunannya bahkan di kisahkan masih ada.. Di Afrika dan Cartagena serta sumbawa dll ada bukti konstruksi geologi tambang purba. Piramida ditemukan betebaran di beberapa negara  ameika, bebeapa di eropa, di china. Terakhir di china dan Turki serta Bosnia. Selain mesir,  memang tak ada keterbukaan informasi soal temuan Piamida. Mungkin hanya soal waktu.

Di luar Istana Sulaiman, dan kapal Nuh, ada yang jarang dibicarakan ketika membahas Nuh. Sesaat Nuh selamat dan turun dari kapal, Nuh langsung bersujud dan membangun pondasi yang besar sebagai bentuk rasa sukur pada pencipta. Di Qur'an disebut sepeti monumen agar mampu memberikan pelajaran.

RIset Gunung Padang masuki lapisan 3 dan 4 yang merupakan inti dari semua hipotesa riset ini yang hampir 2,5 tahun ini. Metodologi dilakukan dengan standar kualitas riset yang ideal. Hampir semua periset jam terbang tinggi dan rata-rata sudah penah ada karya buku, tulisan di  jurnal internasional masing-masing  bidangnya. Kita harus memberi support pada para periset kita dengan cara kita masing-masing.

Tiga tempat termasuk Gunung Sadahurip dan Bukit Dago Pakar potensi terbukti risetnya sangat kuat. Karena hasil pemindaiannya tidak terlalu berbeda. Pra riset di Ratu Boko, Liyangan, Towulan, Sulteng, Suliki, Masjid Candi. Aceh, Batu Jaya Karawang memiliki indikasi kuat ada tumpuk menumpuk peradaban yg mirip.

Dari semua temuan ini mudah2an Istimewa buat sejarah, kebudayaan, dan kesejahteraan.

Tapi jangan lupakan riset ini salah satu TUJUAN  POKOKNYA adalah membuktikan peristiwa katastrofi global.  jika terbukti  tak ada jalan kita memilih jalan yang ditempuh Nabi Nuh.  Karena dia yang terbukti selamat.  Bagaimana Nabi nuh selamat ini juga masih jadi debat yang belum tuntas. Tetapi, Kita ingin Spirit Nuh memilih mitigasi harus menjadi kebudayaan.

Katastrofi Global bukan hanya banjir Nuh. Letusan Toba super vulcanoi 70 ribu tahun yang lalu amat dahsyat dan hampir memusnahkan homo sapiens. di luar itu katastropi lokal seperti Aceh 2004 baik gempa, tsunami, gunung api dll sudah sering terjadi, baik yang tercatat maupun yang masih sedang diteliti.

Posting Komentar

0 Komentar