Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Manusia dalam Terminologi al Quran

Oleh Hendy Hermawan
Al Quran mengungkap manusia dalam tiga istilah, yaitu :
  1. Al Basyar
  2. An Nas, al Ins dan al Insan
  3. Banu Adam dan Dzurriyah Adam
Dalam Ensiklopedi semua kata tersebut mempunyai arti yang sama, yaitu manusia. Para mufasir juga mengartikannya demikian. Tetapi bila dikembalikan kepada rasa bahhsa(dzawq), meskipun secara artinya sama, namun dalam hakikatnya masing-masing memiliki perrbedaan. Bint al Syathi merujuk kepada al Quran yang mengungkapkan istilah-istilah manusia sebagai berikut:
  1. a. Al Basyar
Menurut bahasa, kata al Basyar tersusun dari akar kata “ba”, “syin” dan “ra” yang berarti “sesuatu yang tampak baik dan indah” atau “bergembira, mengembirakan atau menguliti/ mengupas (buah)”atau “memperhatikan dan mengurus sesuatu”. Penafsir lain, misalnyan al Raghib, mengatakan kata basyar adalah bentuk jamak dari kata basyirrrah yang artinya “kulit”.  Manusia disebut basyar karena memiliki kulit yang permukaannya ditumbuhi rambut, namun berbeda dengan kulit hewan yang umumnya ditumbuhi bulu. Kata ini dalam al Quran digunakan dalam makna khusus untuk menggambarkan sosok tubuh lahiriyah manusia.

Pendapat yang sama juga disampaikan olehh Bint al Syathi’. Menurutnya kata basyar merujuk kepada penegrtian manusia dalam kapassitasnya sebagai makhluk jasmaniah. Secara fisik memiliki persamaan dengan makhluk lainnya, membutuhkan makan dan minum untuk hidup.

Kosa kata basyar disebut dalam al Qurran sebanyak 37 kali, 25 kali di antaranya mengacu kepada arti yang berkaitan dengan kebutuhan primer manusia (makan, minum, seks), termasuk nabi dan rasul. Sedangkan 12 kata lainnya digunakan dalam masalah hubungan antara orrang muslim dan kafir. Berupa ungkapan-ungkapan orang kafir tentang pengingkaran mereka terhadap status kenabian (bahwa nabi sama seperti halnya mereka) atau hubungannya dengan perrnyataan firman Allah bagi rasul-Nya yang memiliki sifat basyariyah manusia.

Di antara ayat-ayat yang mengungkapkan pengertian tersebut adalah ketika penolakan umat Nuh yang ingkar untuk menyembah Allah. Selain itu penolakan penduduk sebuah desa terhadap utusan Allah mencirikan alasan yang sama, yaitu setiap utusan dipandang sama seperti keadaan manusia biasa. Allah berfirman :” Kamu tidak lain melainkan seorang manusia seperti kami; maka datangkanlah sesuatu mu’jizat, jika kamu memang termasuk orang-orang yang benar”. (QS. 26:154)

Dalam ayat lain berbunyi :” Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak”. (QS. 30:20) “Maryam berkata:”Ya Rabbku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun”. Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril):”Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya:”Jadilah”, lalu jadilah dia”. (QS. 3:47)

Mengacu kepada ayat-ayat tersebut dapat dipahami, bahwa kata al basyar menunjuk kepada aspek realitas manusia sebagai pribadi dan sekaligus sebagai makhluk biologis.
  1. b. An Nas, al Ins dan al Insan
Berbeda dengan al basyar kata An Nas, al Ins dan al Insan mempunyai konotasi yang berbeda satu dengan lainnya. Kata an Nas disebutkan dalam al Quran sebanyak 240 kali menunjukkan pengertian manusia sebagai keturunan Adam as. An Nas dalam hal ini dipandang dari konteks manusia sebagai makhluk sosial.
Al Quran menyinggung dalam surat al Hujura, ayat 13 yang berbunyi :” Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. Dengan jelas menginformasikan tujuan penciptaan manusia dalam berbagai suku dan bangsa untukbergaul dan berhubungan antar sesama, saling membantu dalam kebaikan,, saling menasihati agar sama-sama berada dalam kebenaran atas dasar kesabaran. “kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran”. (QS. 103:3)

Sedangkan kata al Ins dan al Insan keduanya berasal dari akar kata, yaitu hamzah, nun dan sin. Namun demikian, bila dilihat dari segi penggunaan kata dalam al Quran keduanya memiliki arti yang berbeda. Kata al Ins dijumpai 18 kali dalam sembilan surat, yang berhadapan (muqbalah) dengan kata jinn yang berarti jin atau makhluk halus, atau kata jann yang juga bermakna jin. Hal ini mengindikasikan makna konotasi, bahwa keduanya memiliki  unsurr yang berrbeda. Manuia dapat diinderakan, sedang jin tidak dapat diinderakan, manusia tidak liar (‘adam al tawahhus) sedangkan jin liar (tawahhusi).

Sselanjutnya, kata al Insan dijumpai dalam al Quran sebanyak 65 kali. Al Insan berbeda dengan al basyar yanglebih menekankan pad kapasitas manusia sebagai makhluk fisik biologis dan al ins menitik beratkan pada adanya unsur kesamaran (abstrak). Maka al insan mengau pada peningkatan ke derajat yang dapat memberinya potensi dan kemampuan untuk memangku jabatan khalifah dan memikul beban tangung jawab dan amanah manusia di muka bumi. Karena manusia sebagai khalifah dibekali dengan potensi internal (ruhiyah, aqliyah dan jasmaniah) dan potensi eksternal (fitrah dan hudan).

Dengan demikian manusia dapat menghadapi dan mengantisipasi segala yang baik dan buruk atau pun kepalsuan (semu) yang dapat menggoyahkan kemampuan dan kekuatannya. Lebih dari itu manusia diberi peluang mengaktualisasikan dirinya sebagai makhluk yang mulia dan memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari makhluk lainnya.

Kemudian yang menjadi faktor pembeda menurut Bint al Syathi, telah Allah berikan kepada manusia semenjak kelahirannya dimensi ilmu pengetahuan. Kelebihan itu dapat dilihat dari firman Allah dalam surat al Alaq ayat 2, 5 dan 6 yang berbunyi :” Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas”.

Dari ketiga ayat resebut terdapat tiga makna manusia (al insan), yaitu (1) Tentang asal-usul penciptaan manusia (2) Pemberian ilmu oleh Allah kepada manusia; (3) Peringatan terhadap faktor negatif yang pada kondisi tertentu manusia melupakan Alllah.

Maka dalam ayat lain disebutkan manuusia memiliki derrajat yang titinggi namun dalam ayat lain bertolak belakang, manusia menjadi makhluk yang sangat hina. Hal ini tidak berarti manusia dipuji dan dicela dalam waktu yang bersamaan, tapi menunjukan bahwa manusia itu adalah memiliki sifat mendekati kesempurnaan dan banyak kekurangan sesuai dengan potensi internnya. Maka tinggi rendahnya derajat manusi sangat bergantung kepada kemampuan menentukan sikap dan keadaan mereka sendiri.
  1. c. Banu Adam dan Dzurriyah Adam
Istilah Banu Adam dituturkan dalam Al Quran sebanyak delapan kali, tujuh diantaranya berada dalam surat-surat Makkiah dan satu kali dalam surat Madaniah dengan istilah Ibnay Adam. Sedangkan istilah Dzurriyah Adam di sebut satu kali.

Kata Banu berasal dari kata ba’, nun dan ya’ yang berarti sesuatu yang lahir dari yang lain. Sedang kata dzurriyah berasal dari kata dzal’, ra’ dan ra’ yang berarti halus, lembut dan tersebar.

Kedua istilah ini dikaitkan dengan manusia karrena adanya kata Adam sebagai bapak manusia (abu al basyar). Secara umum menunjukkan hubungan keturunan atau silsilah kesejarahan, asal usul manusia yang berasal dari satu.

Bedanya, kata banu Adam mengacu pada hubungan darrrah selrruh manusia, sedangkan dzurriyah Adam mengacu pada makna keberagaman manusia yang tersebar dalam berbagai suku, bangsa dengan warna kulit dan bahasa yang berbeda.

Konsep ini sejalan dengan fitrah manusia yang mempunyai ikatan janji dengan Allah untuk mengakui keesaan-Nya. Oleh karenanya kata banu Adam dan dzurriyah Adam mengandung pengerrtian yang mengikat umat manusia sebagai keturunan dan anak cucu Adam agar senantiasa patuh kepada perjanjian tersebut.Wallahua’lam.
http://kahficenter.wordpress.com/2010/07/25/manusia-dalam-terminologi-al-quran/

Posting Komentar

0 Komentar