Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

REVOLUSI INTEGRALISME ISLAM

Armahedi Mahzar

Di abad 21 ini manusia sedunia menghadapi dua jenis krisis skala dunia yang sangat dahsyat: Krisis ekologis pemanasan global dan krisis ekonomis resesi global. Kedua krisis itu berakar pada pandangan sempit peradaban yaitu humanisme antroposentrik dan materialisme sekularistik. Humanisme antroposentrik menekankan nilai-nilai kemanusiaan yang tercantum dalam hak-hak asasi manusia yang cenderung individualistik dan antroposentrik melupakan spesies-spesies biologis lainnya. Materialisme sekularistik membatasi kegiatan manusia hanya pada pengolahan alam menjadi produk-produk material yang dipertukarkan melalui pasar bebas untuk keuntungan sebesar-besarnya bagi individu-individu manusia. Krisis global bersayap dua ini kini telah menyengsarakan umat manusia di seluruh penjuru dunia.

Soalnya, pemanasan global secara sistematis telah mengubah perikliman dunia dan segala dampaknya. Secara global naiknya suhu udara dan air laut rata-rata, diikuti oleh melelehnya salju di kutub-kutub bumi serta di puncak-puncak gunung yang kemudian berdampak pada meningkatnya permukaan laut dan curah hujan dan berujung pada pelbagai banjir besar di berbagai daerah dan gelombang panas dan badai salju, penyebaran wabah penyakit serta perpanjangan masa kemarau yang memicu kebakaran hutan. Itu semua adalah efek tak langsung dari materialisme ekonomi industrial yang terus menerus secara serakah menguras tabungan energi matahari, oleh bekas-bekas fauna dan flora purba yang tertanam di kerak bumi sebagai batubara, minyak dan gas, dengan cara membakarnya sehingga memproduksi gas CO2 secara berlebihan menyebabkan efek rumah kaca yang menjebak panas di atmosfera yang menyelimuti bumi.

Di samping itu, krisis resesi global juga disebabkan oleh keserakahan materialistis kapitalisme global yang diejawantahkan dalam pasar modal yang lebih mementingkan keuntungan moneter ketimbang produsi barang-barang riil kebutuhan sehari-hari. Maka uang dan utang pun diperjual belikan dengan secara spekulatif virtual melalui jaringan teknologi informasi komunikasi global dengan kecepatan tinggi dilambungkan harganya menjadi gelembung-gelembung yang pada ujung-ujungnya meledak.  Dampak utamanya adalah efek domino berupa tsunami krisis ekonomi berujung pada rangkaian pemutusan hubungan kerja yang berantai dari sektor perumahan ke sektor perbankan terus ke sektor fabrikasi mobil dan barang-barang elektronika dan ujung berujung pada industri tekstil dan barang-barang keperluan rumah tangga. Ujung-ujung dari semua ini adalah terjadinya sebuah danau pengangguran yang semakin lama semakin meluas menjadi lahan subur bagi merebaknya wabah sosial dalam bentuk berbagai bentuk kriminalitas dan  wabah mental dalam bentuk berbagai penyakit kejiwaan karena keputus-asaan dan ketegangan yang tak tertahankan.

Mengingat kedalaman dan keluasan dari kesengsaraan yang ditimbulkan oleh kedua sayap krisis global yang datang tanpa bisa diramalkan jauh hari sebelumnya, ada baiknya kita meninjau kembali paradigma materialisme di bidang sains, teknologi dan ekonomi yang membentuk sebuah aliran-aliran umpan-balik positif yang tumbuh secara eksponensial. Pertumbuhan eksponensial ini dipacu oleh kesamaan paradigmatik antara keempat cabang peradaban yang mementingkan materialisme sekular dan humanisme individual. Oleh sebab itu  terdapat sebuah revolusi paradigmatik yang disebut holisme di dunia Barat pada dasawarsa-dasawarsa akhir abad keduapuluh. Paradigma holistik itu memperluas humanisme individual dengan ekologisme kosmik di satu pihak dan memperluas materialisme sekular dengan idealisme panteistik di lain pihak. Dilihat dari sudut pandang tradisi teologis Timur, keterbatasan holisme yang monodualistik itu sudah seharusnyalah dilengkapi dengan dimensi ketuhanan yang transendental.

Realitas: Sebuah Kesepaduan

Dalam paradigma holistik, yang ada adalah kesatuan dua sisi kebulatan realitas. Secara ontologis kesatuan itu adalah kesatuan antara manusia dan alam lingkungannya. Dalam tradisi mistisisme Timur kesatuan ini disebut sebagai kesatuan mikrokosmos dan makrokosmos: alam kecil dan alam besar. Namun berbeda dengan tradisi Timur yang menekankan adanya perjenjangan sejajar antara dua kosmos itu, holisme hanya mengakui adalanya dualitas kesadaran/kenyataan pada kedua kosmos tersebut. Itulah sebabnya terjadi koreksi terhadap holisme yang mengabaikan realitas transendental. Koreksi itu adalah integralisme. Satu bentuk integralisme yang dikenal di dunia Barat adalah integralisme universal yang diajukan oleh Ken Wilber di tahun 2000. Integralisme universal ini melihat realitas sebagai suatu kesatuan dengan empat sisi yang dibentuk oleh salib sumbu interioritas-eksterioritas dan individualitas-kolektivitas. Keempat sisi itu disebutnya sebagai kuadran subyektif, kuadran obyektif, kuadran intersubyektif dan kuadran interobyektif. Realitas dalam pandangan ini adalah sebuah jenjang lingkaran-lingkaran sepusat yang pusatnya adalah titik potong antara kedua sumbu yang tegak lurus satu sama lainnya membentuk kuadran-kuadran tersebut.

Secara kebetulan Ken Wilber telah menggunakan istilah “integralisme” untuk menamakan pahamnya tentang realitas. Padahal lebih dari limabelas tahun sebelum Wilber merumuskan integralisme universalnya, di Indonesia istilah itu telah digunakan sebagai nama dari sebuah pandangan Islam yang melihat realitas sebagai kesepaduan dari dua buah perjenjangan yang disebut perjenjangan mendatar dan perjenjangan menegak.

Dalam pandangan ini dualitas mikrokosmos-makrokosmos tradisi mistik Timur dalah bagian dari hirarki lima kosmos yaitu mikrokosmos, mesokosmos, makrokosmos, suprakosmos dan metakosmos. Mikrokosmos itu adalah nama kontemporer bagi al-Nafs atau individu manusia. dan mesokosmos adalah nama lain dari al-Qawm atau kolektivitas manusia.Mikrokosmos dan mesokosmos maenyatu dalam peradaban manusia atau al-Madaniyah. Perdaban manusia itu adalah bagian dari lingkungan alam semesta yang disebut makrokosmos dan lingkungan superkosmos atau alam gaib. Makrokosmos dan superkosmos itu tak lain dari multikosmos atau al-’alamin. Di luar al-’alamin itu adalah Rabb yang mengaturnya. Rabb inilah yang disebut metakosmos dalam pandangan integralisme Islam.
Micro-
kosmos
(manusia)
Meso-
kosmos
(budaya)
Makro-
kosmos
(alam nyata)
Supra-
kosmos
(alam gaib)
Meta-
kosmos
(Tuhan)

Ruh Quran sumber Dzat
Qalb(Nurani) Din Prinsip-prinsip
alam
Prinsip-prinsip
Supernatural
Sifat-Sifat
‘Aql(Kesadaran) Tsaqafah Hukum-hukumalam Hukum-hukum
Supernatural
Perintah-
Perintah
Nafs
(Perilaku)
Tamaddun Fenomena alam Fenomena Supernatural Perbuatan
Jism
(Tubuh
Ummat &madaniyah Benda-benda alam Benda-benda Supernatural Ciptaan

Tegak lurus dengan perjenjangan mendatar lima kosmos itu terdapat perjenjangan lima menegak kategori integral yaitu materi, energi, informasi, nilai-nilai dan sumber. Kelima kategori integral itu tersirat dalam perjenjangan jism, nafs, ‘aql, qalb dan ruh yang dijarkan dalam tasawwuf Islam. Ia juga tersersirat dalam perjenjangan sumber hukum ‘urf, ijma’, ijtihad, sunnah dan Al-qur’an dalam tradisi ilmu fiqh Islam. Ia pun tersirat dalam perjenjangan Khalqillah, Sunnatullah, ‘Amrullah, Sifatullah dan Dzatullah dalam tradisi teologi Islam atau ilmu kalam. Secara diagram realitas integral itu dapat dilukiskan sebagai matriks terlukis di atas.
Satu hal yang dapat dibaca pada matriks ini adalah materialisme sekuler hanya mengakui submatriks 3×3 dibagian kiri bawah sebagai satu-satunya realitas. Sedangkan holisme panteistik hanya melihat submatriks 4×4 bagian kiri bawah sebagi realitas seutuhnya. Dari sini tampak bahwa baik materialisme ataupun holisme hanyalah merupakan pandangan parsial. Integralisme Islam adalah sebuah pandangan yang lebih menyeluruh menyempurnakan kedua pandangan tersebut.
Hal lain yang perlu diketahui adalah bahwa integralisme Islam melihat baris atas dari matriks itu merupakan realitas sumber yang bagi baris-baris realitas relatif dibawahnya. Hal ini berbeda seratusdelapanpuluh derajad dengan pandangan materialis yang menganggap baris terbawah sebagai realitas mutlak sedangakan baris-baris di atasnya sebagai realitas relatif. Dengan perkataan lain pandangan realitas integral Islam menjungkirbalikkan pandangan materialis sains sekuler. Inilah yang disebut sebagai revolusi integralisme Islam. Hal ini serupa dengan revolusi heliosentrisme Kopernikus yang menganggap matahari.sebagai pusat alam semesta membalikkan pandangan geosentrisme Ptolomeus yang menganggap bumi sebagai pusat jagatraya.
Yang terakhir perlu diperhatikan dalam pandangan integralisme Islam ini ada;ah kenyataan bahwa peradaban manusia itu berada di antara manusia dan alam lingkungannya, sehingga sudah sewajarnya peradaban manusia itu serasi, dengan bukan mengeksploitasi, alam semesta lingkungannya. Pandangan penguasaan alam semesta itulah yang mendorong pada pengembangan teknologi yang mencemarkan alam lingkungan sehingga terjadi pemusnahan spesies lain sperti yang kita alami sekarang. Itulah sebabnya kita harus mengganti paradigma peradaban manusia modern ini dengan paradigma integralisme Islam.

Ajaran Islam : Suatu Integralitas,

Ajaran Islam sebagai Din mempunyai tiga komponen integral yaitu Aqidah, Syari’ah dan Thariqah. Aqidah Islam itu tersusun dalam Arkan Al-Iman atau rukun Islam. Sedangkan Syari’ah Islam dibingkai oleh Arkan al-Islam dan Thariqah Islam iitu berinyikan Ihsan. Yang menarik adalah kenyataan bahwa matriks integralitas itu mencermikan ketiga komponen Din Islam itu  secara struktural.
Misalnya, Arkan Al-Iman meliputi
  1. Iman kepada Allah   yang disebut sebagai Metakosmos Pencipta dab Maha Sumber segala hal
  2. Iman kepada malaikat  yang menjalankan pengaturan alam semesta ayau Makrokosmos
  3. Iman kepada kitab-kitabNya  yang merupakan landasan bagi peradaban atau Mesokosmos
  4. Iman kepada rasul-rasulNya  yang merupakan individu atau Mikrokosmos
  5. Iman kepada Qiyamat/’Akhirat sebagai kehancuran makrokosmos memasuki Suprakosmos
  6. Iman kepada  Qadar dan Qadha’ sebagai ketentuan Integrasi Kosmik
  7. Sehingga dapatlah kita simpulkan bahwa arkan al-Islam menyiratkan pengakuan akan Kesepaduan Realitas sepwerti yang tertera dalam matriks integralitas.
Di samping itu kita dapat melihat arkan al-Islam sebagai kerangka pentahapan abadi pembangunan peradaban atau Tazkiyah al-Madaniyati. Arkan Al-Islam itu meliputi
  1. Syahadatain sebagai landasan bagi pembinaan individu atau Tazkiyah al-Nafsi
  2. Shalat sebagai sarana pembinaan kelompok atau Tazkiyah al-Jama’ati’
  3. Shaum sebagai sarana pembinaan Masyarakat yang adil atau Tazkiyah al-Ijtima’i
  4. Zakat sebagai landasan pembangunan Negara bangsa yang sejahtera atau Tazkiyah al-Ummati
  5. Hajji  sebagai sarana pembangunan Peradaban antar bangsa yang damai atau Tazkiyah al-Madaniyati
Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa rukun Islam di samping merupkan sarana penghubung kita dengan Allah atau ‘ubudiyah, dia juga merupkan sarana pembangunan Peradaban melalui mu’amalah.
Jika rukun Islam dapat dilihat sebagai kerangka pembangunan peradaban berdasarkan rukun Islam, maka Ihsan dapat dilihat sebagai kerangka pembangunan pribadi yang mendekatkan diri pada Sang Peciotanya melalui ibadah dimana diharapkan :
1.      Kita beribadat seolah-olah melihat Tuhan, atau
2.      Kita beribadat karena dilihat Tuhan
Beribadah seolah melihat Tuhan adalah simbol dari beribadah karena Cinta dan beribadah karena dilihat Tuhan adalah simbol dari beribadah karena takut pada Allah swt. Ihsan adalah esensi Thariqah untuk mendekatkan diri pada Allah dengan mentransformasi rasa takut menjadi rasa cinta secara bertahap.
Aqidah adalah landasan bagi pasangan proses Syari’ah sebagai transformasi religio-kultural peradaban dan Thariqah transformasi psiko-spiritual individu

Posting Komentar

0 Komentar