Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Tahun Baru 1428 Hijriyah

Momentum Membangkitkan Semangat Islam

Umat Islam di seluruh dunia akan memperingati tahun baru Hijriyah (1 Muharam 1428H) yang jatuh pada 20 Januari 2007. Meski tak semeriah peringatan tahun baru Masehi (1 Januari), tahun baru Islam juga diperingati di Indonesia. Tentu saja ada setumpuk harapan dan impian yang menggelora menyambut dan menyertai datangnya tahun baru Hijriyah.

Menurut dosen fakultas Sastra IAIN Medan, Sumatera Utara, Sugeng Wanto, semua tentu berharap akan lebih terjalinnya ukhuwah islamiyah, baik dalam skala lokal, nasional, maupun internasional. “Impian bahwa umat ini akan kembali bangkit menjadi guru dunia (ustadziyatul `alam) yang membimbing masyarakat dunia dengan peradaban tinggi dan akhlak mulai, kembali muncul,“ ujarnya.

Yusuf Qaradhawi, kata Sugeng, ulama Qatar yang telah menjadi milik umat Islam internasional, memberikan beberapa ukuran tentang kebangkitan umat. “Yusuf berpendapat bahwa ciri khusus kebangkitan umat kontemporer adalah sebuah kebangkitan yang tidak saja bermodal semangat. Apalagi hanya ungkapan verbal dan slogan,“ jelasnya.

Kebangkitan yang benar, tambahnya, adalah kebangkitan yang didasarkan pada komitmen Islam dan adab-adabnya. Bahwa pada sunah-sunahnya pula. “Ungkapan ini menantang umat Islam untuk benar-benar berbuat maksimal dalam merealisasikan kebangkitan Islam ke depan. Untuk itu, awal tahun baru Islam ini bisa dijadikan sebagai momontum terbaik untuk menyusun strategi yang lebih baik demi kebangkitan tersebut,“ tegasnya.

Tentu, kata Sugeng, masih banyak pelajaran dan hikmah yang dapat dipetik dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah, sehingga wajar jika Umar bin Khattab menjadikan peristiwa tersebut sebagai awal kalender dalam Islam.

Intelektual Muslim, Dr. M. Quraish Shihab, MA, menambahkan, Al-Quran menekankan kebersamaan anggota masyarakat seperti gagasan sejarah bersama, tujuan bersama, catatan perbuatan bersama, bahkan kebangkitan, dan kematian bersama. “Dari sini lahir gagasan amar ma’ruf dan nahi munkar, serta konsep fardhu kifayah dalam arti semua anggota masyarakat memikul dosa bila sebagian mereka tidak melaksanakan kewajiban tertentu,“ ujarnya.

Sementara itu, ulama Mesir asal Qatar, Yusuf Qardhawi, dalam kunjungannya ke Indonesia pekan ini, menyatakan kagum dengan Indonesia. Sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, Indonesia dapat melaksanakan demokrasi dan menghargai pluralitas. “Ini tentu hal yang membanggakan. Itulah Islam yang sebenarnya, Islam yang moderat, Islam yang membawa keunggulan peradaban. Tentu kebangkitan Islam mulai tahun baru ini bisa dimulai dari kondisi seperti ini,“ tutur Yusuf.

Berkaitan dengan konteks tahun baru Islam sekarang ini, kata Yusuf, pemaknaan hijrah tentu bukan selalu identik dengan meninggalkan kampung halaman seperti yang dilakukan oleh Rasulullah dan kaum Muhajirin. “Tetapi pemaknaan hijrah lebih kepada nilai –nilai dan semangat berhijrah itu sendiri, karena hijrah dalam arti seperti ini tidak akan pernah berhenti,“ jelasnya.

Dalam sebuah riwayat dikisahkan, ada seorang yang mendatangi Rasulullah dan berkata : wahai Rasulullah, saya baru saja mengunjungi kaum yang berpendapat bahwa hijrah telah berakhir, Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya hijrah itu tidak ada hentinya, sehingga terhentinya taubat, dan taubat itu tidak ada hentinya sehingga matahari terbit dari sebelah barat“.

Menurut aktivis Ikatan Mahasiswa Muhamadiyah (IMM) Bandung Jamjan Ahmad Yusepa, berbicara hijrah selalu dihubungkan dengan kebangkitan kembali Islam, karena hijrah Nabi Muhammad dan para sahabatnya dari Makkah ke Madinah merupakan babak awal kebangkitan Islam. “Pada masa sekarang ini kebangkitan Islam sangat sering dibicarakan akan tetapi masih belum menjadi kenyataan, kadang-kadang rasa pesimistis datang mengganggu perasaan,“ Ingatnya.

Namun demikian, kata Jamjan, rasa pesimistis tidak membuat kita putus asa, bahkan menjadi motivasi yang kuat dan semakin penasaran untuk mewujudkan izzul Islam. “Kita yakin bahwa perputaran sejarah akan terulang kembali manakala persyaratnya terpenuhi,“ jelasnya.

Lebih jauh Jamjan menyatakan, terdapat beberapa faktor menjadi indikasi bangkitnya dunia Islam. Antara lain, pertama, adanya revival of faith yaitu kebangkitan moral spiritual secara terus menerus melalui tarbiyyah ruhaniyyah. “Aspek rohani merupakan sebuah penentu sebuah perubahan“, cetusnya.

Kedua, kata Jamjan, revival of moral, kebangkitan moral. Nabi Muhammad berhasil mengubah orde masyarakat, karena beliau menekankan aspek moral. “Sebuah bangsa akan tetap jaya, jika tetap memiliki moral, manakala moralnya lenyap maka lenyaplah bangsa itu,“ jelasnya.

Ketiga, kata Jamjan, revial religious thought. Yakni kebebasan cara berpikir keagamaan, termasuk di dalamnya soal ijtihad politik. “Keempat, revival of social economic power, bangkitnya kekuatan ekonomi umat,“ tegasnya. Jamjan memastikan, kebangkitan nilai-nilai Islami adalah merupakan proses yang sangat panjang dan perjuangan yang sangat mulia meski melelahkan. Kebangkitan dunia Islam masih menapaki jalan yang penuh duri dan sangat menegangkan. “Kita dituntut agar berusaha menentukan prasyarat yang menjadi sebab kebangkitan. Kegagalan bukan merupakan akhir perjuangan, tetapi merupakan awal suatu kebangkitan kesungguhan dan ketakwaan yang akan mempermudah jalan,“ jelasnya.
(Sumber Indo.pos – Jum’at,12/01/ 2007)

Artikel terkait :
- Berhijrah Perilaku dan Pola Pikir

Posting Komentar

0 Komentar