Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Politisi Enterpreneur yang Peduli Pendidikan

Wakil Ketua MPR RI HM. Aksa Mahmud

Wakil Ketua MPR RI HM Aksa Mahmud seorang pengusaha sukses, yang kemudian mengabdikan diri dalam dunia politik. Terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah yang mengantarkannya menjabat di lembaga tinggi negara sebagai Wakil Ketua MPR 2004-2009. Dia seorang negarawan yang amat peduli pada upaya pencerdasan bangsa. Maka diapun menyatakan kebanggaannya ketika berkunjung ke Kampus Universitas Al-Zaytun, Sabtu 25 November 2006 lalu.

Tokoh nasional itu menyatakan dukungan penuh dalam setiap usaha upaya mewujudkan Universitas Al-Zaytun Indonesia menjadi universitas berkelas dunia. Aksa Mahmud memang tak henti-hentinya menunjukkan sekaligus memberikan dukungan atas perjalanan UAZ menuju universitas berkelas dunia sejak dari pendiriannya. Ia pun bersedia memberikan kuliah umum, dengan harapan agar seluruh pelajar dan mahasiswa Al-Zaytun sedini mungkin sudah mempunyai jiwa enterpreneur, sebagaimana Aksa Mahmud sejak masa kecilnya.

Sama seperti visi Syaykh Al-Zaytun AS Panji Gumilang dan para eksponen Yayasan Pesantren Indonesia, pengelola Al-Zaytun, Aksa Mahmud berprinsip, ke depan, kalau mau maju santri harus memiliki pemikiran sebagai seorang entrepreneur. Aksa juga berharap, bangsa Indonesia harus banyak menciptakan pengusaha. Dan mereka yang akan menajdi pengusaha itu tak lain tak bukan adalah para santri dan mahasiswa yang setelah lulus dapat segera terjun menjadi pengusaha, atau sebagai profesional, yang sama-sama menciptakan lapangan pekerjaan.

„Ke depan harapan saya, Al-Zaytun ini dari semua disiplin ilmu yang diajarkan, para mahasiswanya nanti dapat banyak yang menjadi enterpreneur, atau menjadi profesional. Tidak ada jaminan bahwa hanya lulusan Fakultas Ekonomi harus menjadi pengusaha, sebab menjadi entrepreneur itu tidak memperhatikan jurusan dan disiplin ilmu apa yang dipelajari, sebab semua bisa,“ kata Aksa.

Wariskan Grup Bosowa

Wakil Ketua MPR RI HM Aksa Mahmud sejak mulanya sudah dikenal sebagai pengusaha tangguh. Persis sejak tahun 1968, ia membangun imperium bisnis bernama Bosowa, di Makassar, Sulawesi Selatan. Berawal sebagai agen penjualan mobil merek Datsun, Bosowa bergerak begitu cepat meningkat menjadi distributor tunggal mobil merek Mitsubishi untuk seluruh wilayah Timur Indonesia.

Skala bisnis perusahaan yagn namanya diambil dari nama tiga kerajaan besar di Sulawesi Selatan yakni Kerajaan Bone, Kerajaan Sopeng, dan Kerajaan Wajo yang mampu hidup bertetangga secara rukun dan damai, terus saja meningkat. Kini, Bosowa di tangan kelima anak-anak pasangan HM Aksa Mahmud dan Istri Hj Ramlah Aksa, sebagai generasi kedua penerus dinasti kerajaan bisnis Grup Bosowa, lini usaha perusahaan mulai merambah ke berbagai sektor seperti transpormasi, industri semen, industri keuangan, perbankan, perdagangan, hingga infrastruktur dengan membangun pusat pembangkit tenaga listrik hingga pengelolaan jalan tol.

HM Aksa Mahmud yang lahir pada 16 Juli 1945 di Barru, jaraknya 35 kilometer dari Parepare atau 115 kilometer dari Makassar, sejak awal secara telaten sudah mempersiapkan kelima anaknya untuk menerima estafet kepemimpinan Bosowa. Semua kebutuhan dan pendidikan mereka dipersiapkan secara matang, termasuk menempuh pendidikan di sekolah bisnis terbaik sebuah perguruan tinggi di MIT, Amerika.

Aksa Mahmud sangat ingin sekali mematahkan pameo buruk dari negeri China, yang sudah lazim dikenal luas di kalangan para pebisnis yang menyebutkan, generasi pertama setiap perusahaan bertugas mendirikan dan membangun perusahaan, generasi kedua hanya menikmatinya saja, dan ketika tiba pada generasi ketiga mereka tinggal menghancurkan saja jerih payah para pendahulu.

Bukan haya mematahkan pameo lama, Aksa malah berhasil membalikkan pameo itu dengan membuat Grup Bosowa diba di tanggan generasi kedua yang sudah siap untuk semakin membesar. Bahkan, kelak di tangan generasi ketiga sudah digariskan bahwa Bosowa akan menajdi pemain dunia yang melakukan ekspansi dan ivestasi bisnis secara besar-besaran di mana-mana di kelima benua yang ada.

Semua perjalanan Bosowa mengalir begitu saja dan tampak dari luar sepertinya biasa-biasa saja. Namun sesungguhnya yang terjadi adalah, Aksa Mahmud tak henti-hentinya mewariskan semangat dan jiwa bisnis sebagai Enterpreneur kepada anak-anak, dengan menceriterakan bagaimana ia dahulu sepanjang perjalanan hidup mulai duduk di bangku Sekolah Dasar (SR) sudah aktif belajar sambil berbisnis dengan berjualan permen ke teman-teman sekolah. Atau, manakala tiba bulan puasa membeli es balok lalu memecah-mecah dan menjualnya kepada banyak orang untuk kebutuhan berbuka puasa di sore hari. Tiba pada malam hari, aktivititas berbisnis tetap saja Aksa jalankan dengan menjual kurma kepada orang yang mau pergi dan pulang tarawih. Pada kesempatan lain Aksa membawa ikan milik orang lain dari laut lalu menjualnya ke kota, selisih harga penjualan menjadi laba dan keuntungan yang layak dikantongi Aksa muda.

Aktif Berorganisasi

Keberhasilan mewariskan imperium bisnis kepada anak-anak memberi waktu yang lebih banyak kepada Aksa Mahmud dan Istri untuk aktif di berbagai kegiatan sosial dan pendidikan, dengan mengelola sejumlah yayasan dan menjadi filantropis sebagai donatur kepada pribadi perorangan atau lembaga-lembaga sosial pendidikan yang membutuhkan dana.

Aksa sudah memberikan banyak beasiswa bagi mahasiswa untuk meyelesaikan pendidikan S2 hingga S3. Lagi-lagi semua berjalan seiring sejalan sesuai tradisi dan garis kebijakan yang sudah berlaku lama di lingkungan perusahaan.

Aksa Mahmud adalah salah satu tokoh bisnis yang paling handal di negeri ini utamanya yang berasal dari kawasantimur Indonesia. Majalah Forbes sampai-sampai menyebutnya sebagai konglomerat terkaya ke-28 di Indonesia, atau pribumi terkaya keenam di Indonesia. Bosowa saat ini memilki tak kurang 30 anak perusahaan dengan penguasaan total aset sekitar Rp 2,5 Trilyun. Sebuah pencapaian yang masuk akal, sesungguhnya.

Selain mendirikan Grup Bosowa Aksa aktif di sejumlah organisasi bisnis dan nin bisnis membuatnya dikenal di mana-mana. Seperti, menjadi Sekretaris Umum Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI) Sulawesi Selatan periode tahun 1976-1985; menjadi Ketua Umum Badan Pengurus Daerah (BPD) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Sulawesi Selatan pada tahun 1982-1985; mejadi Wakil Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri Badan Pembinaan Anggota Badan Pengurus Pusat (BPP) HIPMI periode tahun 1983-1986; Ketua Gabungan Pelaksana Nasional Indonesia (GAPENSI) Sulawesi Selatan periode 1987-1994; menjadi Ketua DewanPenasehat GAPENSI Pusat periode tahun 1994 hingga sekarang; dan sejak tahun 1999 hinga sekarang menjadi Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia Sulawesi Selatan.

Karena pengalaman bisnis dan organisasinya yang sedemikian luas, Aksa Mahmud sejak tahun 2003 hingga sekarang diangkat menjadi Ketua Dewan Bisnis Sulawesi, sekaligus menjadi Penasihat Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan Bidang Perekonomian Daerah sejak tahun 2002. Sejak muda Aksa Mahmud sudah menunjukkan bakat alamiahnya sebagai organisatoris, sebuah kemampuan modal dasar yang sangat penting dalam berbisnis, berpolitik dan bernegara. Tahun 1962, misalnya, di organisasi pelajar Aksa tercatat sebagai Alumni Pelajar Islam Indonesia (PII).

Sejak SD, ST, hingga STM Aksa selalu terpilih sebagai ketua kelas. Yang menarik, saat duduk di STM terpilih sebagai Ketua Ikatan Pelajar Sekolah Tehnik Menengah (IPSTM), yan dipercaya memimpin 123 orang siswa melakukan study tour ke pulau Jawa dimulai Semarang hingga Jakarta. Tentu saja ketika itu pengetahuan Aksa tentang pulau Jawa masih terbatas sekali. Demikian pula kemampuan ekonomi tetapi sudah harus memimpin ratusan siswa.

Begitu duduk di bangku perguruan tinggi tahun 1965 Aksa adalah Aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Makassar. Ini membuat Aksa terlibat aktif dalam penumpasan gerakan komunis, terjun sebagai Aktivis Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) tahun 1966. Di bangku kuliah ini pula sebagai aktivis, Aksa berkesempatan mendirikan radio amatir, termasuk menjadi penerbit koran mahasiswa. Ia adalah aktivis Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia (IPMII).

Sebagai aktivis pers kampus yang memilki sendiri penerbitan kampus suatu ketika dengan penuh idealisme Aksa pernah menurunkan hasil tulisan sendiri perihal Operasi Samsudari yang dilaksanakan Kodam Hasanuddin di bawah kepemimpinan Panglima Saidiman. Aksa mengkritisi betul operasi itu berdasarkan realitas yagn sesungguhnya terjadi di masyarakat. Tetapi tulisan berdasarkan fakta ini berakibat fatal, ia di intrograsi dan ditahan di ruang tahanan Kodam selama 10 hari tanpa pemeriksaan. Panglima mengakui apa yang Aksa tulis benar adanya. Tetapi kata Panglima, „Memang begitu, tetapi engkau jangan begitu.“

Kata-kata ini membuat Aksa tak tertarik meneruskan profesi jurnalistik sebab tidak memberi kenikmatan,bertindak tidak sesuai kemerdekaan dan keikhlasan sesuai fakta yang terjadi di lapangan. Aksa lalu menjalankan profesi baru sebagai pebisnis yang membuat berkesempatan berkenalan dengan Jusuf Kalla, di Dolog Sulawesi Selatan. Barulah selepas dari Dolog ia akhirnya mendirikan Grup Bosowa tahun 1968.

Aksa Mahmud menyelesaikan pendidikan Sekolah Rakyat (SR) di Barru tahun 1959, Sekolah Tehnik (ST), Sekolah Teknik Menengah (STM) di Makassar tahun 1965.

Menjadi Tokoh Negarawan

Aksa Mahmud rupanya tak mau berhenti di lingkungan bisnis dan organisasi bisnis saja dalam berkontribusi membangun bangsanya. Waktu luang yang dimilikinya masih bisa disisihkannya dengan menajdi politisi. Sejak tahun 1999 alumni Fakultas Teknik Elektro Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar ini terpilih menjadi Anggota MPR RI, mewakili Utusan Daerah Sulawesi Selatan periode 1999-2004.

Pada periode selanjutnya berdasarkan undang-undang politik dan tata kenegaraan yang lebih baru sebagai hasil Amandemen UUD 1945, Aksa Mahmud pada Pemilu 2004 dipilih oleh sebagian terbesar pemilih Sulawesi Selatan menjadi Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Pada periode keduannya duduk di lembaga kenegaraan ini Aksa terpilih menjadi Wakil Ketua MPR RI, yang semakin membulatkan tekadnya untuk sepenuhnya mengabdi kepada bangsa dan negara sebagai negarawan. Aksa tak lagi hanya memperhatikan perbaikan kesejahteraan delapan juta warga Sulawesi Selatan, melainkan seluruh 220 juta warga Indonesia.

Sebagai negarawan, Aksa Mahmud tak lagi memikirkan bagaimana kelanjutan karir dan jabatan politiknya pada Pemilu yang akan datang, melainkan, sudah bergerak untuk mempersiapkan dan memikirkan masa depan bangsa dan generasi muda secara lebih luas.

„Saya duduk di sini betul-betul bukan lagi untuk berpikir demi kepentingan diri sendiri. Tetapi, saya selalu berdoa memohon mudah-mudahan di posisi ini saya selalu berpikir untuk kepentingan rakyat dan bangsa Indonesia serta demi kepentingan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bagaimanapun tugas saya adalah menjaga keutuhan negara kesatuan dan rakyat Indonesia,“ kata Aksa dalam sebuah wawancara khusus dengan Berita Indonesia di Gedung Nusantara III DPR/MPR RI Senayan, Jakarta.

Dalam kapasitas kenegarawannya itulah Aksa Mahmud berkenan mengunjungi sebuah pusat pendidikan terpadu sistem satu pipa yang sedang bergerak maju menjadi pusat pendidikan berskala internasional yakni Universitas Al-Zaytun, yang terletak di Desa Mekar Jaya, Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat pada akhir November 2006 lalu.

Secara khusus Aksa ingin menunjukkan dukungannnya bahwa sebagai pimpinan nasional ia sangat peduli akan keberadaan Universitas Al-Zaytun (UAZ) Indonesia, yang dengan sistem pendidikan satu pipanya kelak akan mencetak kader-kader pemimpin bangsa setelah tamat pendidikan S-3 di usia relatif masih sangat muda sekali 25 tahun.

Berbicara di hadapan Keluarga Besar Universitas Al-Zaytun Indonesia pada acara Silahturahim Idul Fitri 1427H tanggal 25 November 2006 itu, Aksa Mahmud berkenaan membagi-bagikan banyak pengalaman dirinya sebagai tokoh negarawan kepada seluruh civitas akademika Universitas Al-Zaytun (UAZ) Indonesia.

Terasa sekali ada ikatan emosional yang sangat dalam antara Aksa Mahmud dengan UAZ Indonesia, sebuah lembaga pendidikan tinggi berstandar internasional yang pendiriannya turut membidaninya. Bahkan Aksa menyatakan komitmen untuk turut mengawal cita-cita UAZ Indonesia hingga paripurna di tingkat nasional dan internasional.

Demikian pula tatkala setiap kali mengadakan dialog langsung dengan para santri yang masih menempuh pendidikan di Al-Zaytun baik di ruang-ruang kelas belajar maupun di ruang komputer ICT Training Center milik Al-Zaytun yang didesain berstandar internasional dan terhubung langsung ke seantero dunia lewat internet. Di situ Aksa Mahmud aktif memompakan semangat agar para santri bersiap-siap menerima tongkat estafet sebagai calon pemimpin nasional di masa datang. Baik itu sebagai pemimpin di bidang bisnis, seni budaya, olahraga, pemeritahan, dan politik nasional dan internasional. Pemompaan semangat ini dia lakukan dengan cara yang sama kepada anak-anaknya agar bersedia meneruskan roda bisnis Grup Bosowa.

Aksa Mahmud terlihat sangat kampatibel sekali dengan dunia pendidikan khususnya pendidikan tinggi. Ia memang memiliki sejumlah jabatan penting di berbagai lembaga pendidikan tinggi. Sejak tahun 2000 Aksa Mahmud menjabat Ketua Yayasan Universitas Islam Indonesia Makassar, Ketua Dewan Penyantun Politeknik Negeri Makassar, dan Ketua Dewan Penyantun Politani Negeri Pangkep, Sulawesi Selatan.

Bahkan penyuka olahraga golf, renagan dan diving ini sejak tahun 2001 hingga sekarang tercatat sebagai anggota Dewan Wali Amanat Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta. Karena itu, demi membangkitkan semangat belajar dan kebanggaan mahasiswa Universitas Al-Zaytun Indonesia, Aksa Mahmud secara terbuka menyebut UGM adalah salah satu universitas terbaik di dunia pada beberapa mata pelajaran.

Tetapi, ini yang menarik, Aksa mengulang pernyataan Rektor UGM Sofian Effendi, yang justru lebih salut kepada Universitas Al-Zaytun sebab memilki manajemen jauh lebih hebat daripada kampus UGM yang terletak di Bulak Sumur, Yogyakarta itu. Kampus Al-Zaytun pun tergolong mewah dan modern. (Sumber Majalah Berita Indonesia – 28/ 2006)

Posting Komentar

0 Komentar