Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Pendidikan Anak RI Kalah dengan Vietnam

Kendati pendidikan anak usia dini (PAUD / Pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun) merupakan masa paling penting bagi perkembangan mental dan intelektual seseorang, partisipasi PAUD di Indonesia masih sangat rendah. Menurut studi UNESCO pada 2005, angka partisipasi PAUD di Indonesia salah satu yang terendah di dunia, yaitu hanya 20 persen.

"Ini bahkan lebih rendah dari pada negara-negara miskin atau tetangga kita. Vietnam, misalnya. Kendati baru pulih dan membangun sejak 1970-an, angka partisipasi PAUD nya mencapai 43 persen," kata Gutama, direktur PAUD Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Depdiknas.

Gutama juga menyatakan bahwa Indonsia tertinggal jauh dari Thailand dan Malaysia. "Thailand mencapai 86 persen, sementara Malaysia bahkan sudah 89 persen. Ini jelas maslah serius karena kualitas SDM kita pada 20 tahun mendatang bakal tertinggal Jauh," katanya.

Untuk itu, PAUD kini menjadi perioritas pending Depdiknas. Buktinya, dalam waktu dekat, Depdiknas bakal meluncurkan Pos PAUD, yang rencananya digabung dengan Posyandu dan dilaksanakan seminggu sekali. "Konsep pelaksanaannya akan dirancang sangat sederhana. Kelompok anak usia 0-2 tahun dinamkan "Pengasuhan Bersama" dengan bimbingan kader PAUD . Waktunya 2-3 jam," jelasnya.

Gutama menyatakan, penggabungan dengan posyandu itu bertujuan agar para orang tua bisa melihat pola-pola pembelajaran anak dari petugas PAUD untuk ditindak-lanjuti di rumah masing-masing. "Sebab, tetap saja, ujung tombak PAUD adalah lingkungan terdekan si anak," ungkapnya.

Apa sebenarnya PAUD itu? "Dari hasil penelitian, diketahui bahwa 50 persen kemampuan mental dan intelektual berkembang saat anak berumur 0-4 tahun," jelas Gutama. Model pendidikan PAUD sebenarnya sementara, yakni hanya memberikan stimulus-stimulus atau rangsang kepada anak. Misalnya mengajak ngobrol dan menunjukkan nama-nama benda serta konsep-konsep.

"Sebenarnya, di penesaan atau perkotaan pada masa lalu, hal seperti ini sudah terjadi. Misalnya, dalam satu rumah tinggal satu keluarga besar. Karena banya orang, otomatis banyak yang mengajak ngobrol atau mengajarinya sesautu ketika orang tuannya pergi," katanya.

Pada masa sekarang, hal itu terjadi sebaliknya. "Banyak keluarga kecil yang tinggal di rumah sendiri-sendiri. Belum lagi, orang tuannya sibuk bekerja. Otomatis, waktu mengajari si anak pun sangat terbatas," paparnya. Untuk itu, target pengembanganPAUD pada tiga tahun mendatang diharapkan mencapai 35 persen (atau sekitar 12,4 juta anak). (Sumber Harian Indo Pos - Ahad, 20 Agustus 2006)

Posting Komentar

0 Komentar