Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Gelar Konferensi Guru Besar

H. Achmad Zaini, MA

Persis pada 10 Nopember 2006 bertambah sebuah organisasi kaum cendekiawan. Namanya Forum Intelektual Indonesia, disingkat FII. Organisasi ini secara khusus menghimpun para guru besar dari seluruh Indonesia. Karena itu, sifatnya sangat inklusif lintas agama, lintas tokoh masyarakat, dan lintas disiplin ilmu. “Aktifitasnya mengkaji masalah kebangsaan,“ kata H. Achmad Zaini, MA (56Tahun), penggagas pendirian yang kini dipercaya menjabat Ketua Umum FII.

Walau baru berdiri, FII sudah siap menggelar sebuah hajatan besar, “Konferensi Guru Besar Seluruh Indonesia“, dengan mengambil tema masalah pendidikan, berlangsung di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta pada tanggal 17-18 Mei 2007 mendatang. “Konferensi Guru Besar ini didukung oleh seluruh rektor universitas negeri dan swasta di seluruh Indonesia,“ tambah pria Madura kelahiran Bangkalan, Jawa Timur, 30 Juni 1951 ini.

Achmad Zaini yang sehari-hari bekerja sebagai wiraswasta ini menyebutkan, dari seluruh 2.500 Guru Besar yang ada di Indonesia, ribuan di antaranya, akan bersedia berkumpul di Jakarta. “Ini konferensi yang pertama, mungkin nanti akan ada yang kedua dan selanjutnya,“ kata Zaini, yang juga menjabat Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI), Ketua Forum Komunikasi Masyarakat Madura (FKMM) Indonesia, Ketua Yayasan Festival Walisongo, Ketua Lembaga Pengkajian Pantai Utara Madura, dan penggagas terlaksananya Pembangunan Proyek Jembatan Surabaya-Madura (Suramadu).

Pendirian Forum Intelektual Indonesia di dasari oleh sikap para pendirinya, yang merasa mempunyai kewajiban untuk memberdayakan para Guru Besar di seluruh Indonesia. Selama ini Guru Besar masih kurang mendapat perhatian dari masyarakat, termasuk juga dari pemerintah. Padahal mreka itu adalah orang-orang berilmu.

“Mereka memilki berbagai orang tersebar di berbagai perguruan tinggi negeri swasta dan sebagainya. Mengapa mereka tidak diberdayakan,“ kata penggiat organisasi sosial kemasyarakatan ini.

Visi yang hedak diusung FII adalah mengkaji masalah-masalah kebangsaan, yang hasilnya kelak akan diserahkan ke pemerintah. Visi ini sangat mulia, semulia citra para pendirinya yang sangat peduli akan masa depan bangsanya. Mereka sangat berusaha sekali untuk memperbaiki bangsanya dengan terlebih dahulu memajukan pendidikan. Karena itulah para pendiri yang kebanyakan tokoh-tokoh pendidikan dan keagamaan, sekaligus pemerhati masalah-masalah kebangsaan itu secara khusus memberdayaakan para Guru Besar yang profesi sehari-hari adalah dosen di perguruan tinggi negeri dan swasta dengan menyandang gelar Professor.

Achmad Zaini menyebutkan nama 21 orang tokoh pendiri FII diantaranya Prof. Sri Edi Swasono, Prof Syafi’i Ma’arif, Prof Ichlasul Amal, Prof Purohito, Rektor Unair Surabaya, Prof Sudarso Joyonegeoro, KH Masdar Mas’udi dari PB NU, Steve Sujatmiko dari Katolik, Michael Utomo, Haji Ali Badri Zaini, KH Machsoem dari Pondok Pesantren AL-Islah Bondowoso, Achmad Zaini, MA sendiri serta Syaykh Abdussalam Panji Gumilang, Syukri Zakarsih dari Gontor, KH. Yusuf Hasyim (almarhum). Tiga nama terakhir ini diangkat pula sebagai Penasihat FII.

Dari sejumlah nama pendiri, Achmad Zaini secara khusus memberikan penilaian yang mendalam mengenai rasa kebangsaan dan inklusivitas Syaykh AS Panji Gumilang, yang juga pimpinan Kampus Al-Zaytun, Indramayu, Jawa Barat. Zaini mengaku mereka berdua sudah lama bersahabat dan saling mengenal sejak masa mudanya. Sejak berkenalan kedua-duanya sudah mempunyai visi kebangsaan itu.

“Syaykh Al-Zaytun, saya lihat beliau juga ada keturunan dari Madura. Beliau kakeknya dari Madura, dan Madura itu sangat peduli kepada bangsa ini. Artinya, kepada pendidikan juga peduli sekali,“ papar ayah empat orang anak ini.

Tentang dirinya sendiri, Zaini mengatakan sejak kecil sudah dekat degan ulama di pesantren, kemdian dekat pula dengan Guru Besar dan perguruan tinggi padahal keduanya biasanya bertolak belakang. “Sekarang terasa, pesantren dan perguruan tinggi dapat bekerja-sama dengan baik,“ kata Achmad Zaini kepada Berita Indonesia.
(Sumber - Majalah Berita Indonesia – Edisi 32/2007)

Posting Komentar

0 Komentar